Pilpres kali ini mendedahkan betapa semakin menurunnya etika para politisi dalam berkompetisi. Mereka tidak menggunakan cara-cara yang mencerdaskan dan menggembirakan.
Di sana-sini rakyat saling berselisih antarkeluarga karena beda pilihan politik. Sampai-sampai di Gorontalo ada makam yang dipindahkan karena perselisihan dan perbedaan pilihan politik antar keluarga.Â
Terkait hoaks yang disampaikan sebelumnya, tampaknya mesti didefinisikan lagi artinya. Kata "hoaks" selama musim kampanye hingga hari H pencoblosan tidak bisa diartikan lagi sebagai berita bohong.Â
Akan tetapi, hoaks dalam konteks ini diartikan sebagai alat atau medium untuk menjatuhkan lawan agar pihak lawan diragukan kredibilitasnya oleh masyarakat sehingga tidak dipilih saat pilpres mendatang.
Kini hoaks bukanlah lagi tentang benar dan salah, fakta dan kebohongan. Akan tetapi yang mana yang paling banyak diyakini. Pendukung kedua kubu, mereka yang menciptakan, mereka yang meyakini dan mereka pula yang menyebarkan, namun apakah masyarakat percaya? Tentu tidak semua.