Mohon tunggu...
HafianiMAPWKUniversitas Jember
HafianiMAPWKUniversitas Jember Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

-

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Fluktuasi Harga Telur di Kabupaten Jember

21 September 2022   23:45 Diperbarui: 21 September 2022   23:49 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Harga pangan sedikit demi sedikit terus merangkak naik, membuat bengkaknya biaya pengeluaran untuk konsumsi sehari hari yang mana hal ini membuat para konsumen mengeluh akan lonjakan harga bahan pangan mentah. Tidak hanya itu saja para pedagang juga mengeluhkan harga bahan mentah untuk usaha mereka yang terus naik, pasalnya pada saat ini harga bahan mentah yang mahal membuat para pedagang kebingungan untuk mempertahankan harga dan kualitas barang yang dijual. Contohnya untuk bahan pangan telur ayam. Harga rata-rata telur ayam di seluruh wilayah Indonesia berada di harga Rp 31.000/kg nya sedangkan saat ini kisaran harga telur ayam di Kabupaten Jember sendiri sudah turun hingga berada kisaran Rp 23.000/kg, beberapa pekan lalu harga telur ayam bahkan menyentuh harga Rp 30.000/kg yang membuat banyak pedagang telur dan pedagang lainnya kebingungan untuk terus mempertahankan usahanya di tengah tidak stabilnya harga telur ayam ini. Kebutuhan akan telur ayam tidak bisa dihindari karena telur ayam adalah komoditas pangan hewani yang terjangkau namun memiliki banyak sekali nutrisi dan zat gizi lengkap yang terkandung di dalamnya yang sangat penting untuk kebutuhan harian nutrisi manusia.


Setelah ditilik lebih jauh, harga telur ayam bisa fluktuatif dikarenakan beberapa faktor. Salah satunya adalah tingginya kebutuhan atau permintaan telur ayam sendiri. Contohnya beberapa waktu lalu pasar-pasar di Jember tinggi permintaan untuk telur ayam ras dikarenakan adanya kegiatan bantuan sosial (Bansos) yang diselenggarakan oleh beberapa instansi, yang mana kegiatan Bansos sendiri membutuhkan banyak sekali telur ayam agar target yang ditentukan bisa mendapatkan bantuan dengan sama rata.


Harga pakan ternak dan multivitamin ayam petelur yang naik sangat berimbas pada harga jual peternak ke pengepul atau pedagang telur. Kebutuhan pakan ternak yang tidak sedikit tentu saja menjadi perhitungan bagi peternak untuk mematok harga ke hasil ternaknya agar mendapatkan keuntungan yang membuat usahanya terus berjalan. Sedangkan jika harga dari produsen saja sudah mahal apalagi jika sudah distribusikan ke warung-warung kecil yang biasanya akan diandalkan oleh ibu-ibu rumah tangga yang cukup konsumtif juga akan kebutuhan telur ayam, pastinya hal ini akan membuat menurunnya peminat telur ayam di bagian kebutuhan rumah tangga.


Meskipun harga telur ayam sendiri sekarang sudah mulai turun harga indukan ayam petelur atau yang biasa disebut pullet tidak ikut turun bahkan mulai merangkak naik juga. Sehingga peternak tidak bisa menambah jumlah ternak mereka dengan jumlah yang signifikan sedangkan permintaan telur terus naik. Hal ini juga dikhawatirkan akan membuat harga telur akan naik lagi atau bahkan yang lebih ditakutkan harga telur ayam ras akan bisa tembus lebih dari Rp 35.000/kg nantinya jika kondisi seperti sekarang masih terus berlanjut.


Kenaikan harga BBM sedikit banyak ternyata berpengaruh untuk kenaikan harga pangan mentah terutama telur ayam. Harga BBM yang naik membuat biaya distribusi telur ayam ke Jember yang memiliki pemasok tidak hanya dari daerah sekitar Jember menjadi naik dan berdampak pada harga jual telur ayam di pasaran. Namun, setelah beberapa pekan kenaikan BBM sudah tidak terlalu berdampak untuk harga telur, karena terbukti untuk sekarang harga telur sudah mulai turun di pasaran, bahkan nyaris bisa dikatakan harga normal pasaran.


Permintaan yang tidak stabil untuk komoditas telur ayam ras inilah yang membuat harga telur ayam menjadi fluktuatif dibarengi kendala-kendala yang disebutkan di atas membuat harga telur ayam menjadi rendah atau tiba-tiba tinggi karena peternak tidak mampu memenuhi kebutuhan pasar saat permintaan tinggi. Saat harga tinggi pun para pedagang pasar tidak akan berani mengambil banyak stok telur ayam untuk dijual kembali karena takut telur tidak laku yang akhirnya akan busuk dan membuat kerugian besar dipihak penjual. Hal ini juga membuat para peternak tidak puas walau adanya kenaikan harga telur ayam, lemahnya daya beli pedagang membuat stok telur yang ada di peternak juga tidak bergerak ke mana-mana bahkan lama kelamaan akan menyebabkan kerugian pada pihak peternak.


Kualitas telur ayam juga menjadi pertimbangan untuk tingginya harga jual dari peternak, harga pakan ternak yang lebih tinggi dan perawatan ekstra dari peternak juga jelas akan membuat kualitas telur ayam yang dihasilkan akan lebih baik daripada sebelumnya. Naiknya harga telur ayam masih bisa untuk dikendalikan dan dimaklumi karena keterbatasan pemasok dan tingginya permintaan untuk komoditas telur ayam itu sendiri.
Selain dari para pedagang telur ayam dan peternak telur, keluhan atas tidak stabilnya harga telur juga muncul dari para pedagang-pedagang yang membutuhkan banyak telur ayam. Contohnya para pedagang kue, yang mau tidak mau harus membeli telur ayam walaupun harga telur ayam sedang tinggi-tingginya karena tanpa adanya bahan tersebut kue tidak akan jadi dan tidak ada barang yang bisa ditawarkan pada pelanggan. Untuk menaikkan harga jual kue sendiri para pedagang kue akan berpikir berkali-kali karena takut jika pelanggan mereka pindah ke pedagang lain yang harganya bisa lebih murah dari mereka sendiri karena pesaingnya mampu atau menemukan solusi untuk menutupi tinggi harga telur di bagian produksi. Untuk mengurangi porsi kue juga sangat berisiko di penjualan karena dampaknya sama dengan menaikkan harga jual kue.


Selain pedagang kue, pedagang jajanan pinggir jalan juga sangat merasakan dampak dari tidak stabilnya harga telur ayam yang membuat pedagang benar-benar terpaksa mengurangi bahan atau menaikkan harga jual yang seringkali mendapatkan komplain dari para pembeli mengapa harga atau ukuran jajanan yang dijual kini berbeda dengan sebelumnya. Contohnya adalah untuk para pedagang jajanan telur gulung yang tentu saja bahan utamanya adalah telur ayam yang sering kali tidak dicampur bahan lain dan langsung digoreng membuat pedagang harus memutar otak berkali-kali agar usahanya terus untung. Pedagang telur gulung mendapatkan imbas kenaikan banyak bahan pangan tetapi bahan yang paling terasa besar pengeluarannya adalah untuk minyak goreng dan telur ayam sendiri. Sehingga rasa-rasanya sangat mustahil untuk tetap membuat harga jajanan telur gulung diharga Rp 500/tusuk dengan ukuran yang biasanya disediakan sebelum adanya kenaikan bahan pangan.


Hal yang dapat dilakukan sekarang untuk mengatasi ketidakstabilan harga komoditas telur ayam adalah dengan berupaya untuk menjaga jumlah populasi pellet. Pemerintah Kabupaten Jember sebaiknya melakukan kolaborasi dengan para peternak unggas mandiri untuk menjaga dan mengkoordinir jumlah populasi pellet sehingga nantinya jika terjadi tingginya permintaan pasar terhadap telur ayam para peternak sudah siap karena memiliki banyak pellet yang siap untuk memenuhi kebutuhan pasar.


Berkoordinasi dengan stakeholder yang berkaitan dengan peternakan sebaiknya dilakukan secara rutin, agar terjadi kesinambungan antara peternak dengan pemerintah terkait masalah kurangnya pasokan telur ayam ke daerah Kabupaten Jember.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun