Mohon tunggu...
haerul said
haerul said Mohon Tunggu... Guru - Membaca dan menulis sudah menjadi candu.

Menulis melengkapi bacaan...

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Optimisme Nadiem Perlu Diberi Peluang, Biar Waktu yang Buktikan

7 November 2019   11:52 Diperbarui: 7 November 2019   11:55 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kreasi vektor Pribadi

Saya habis baca berita di kompas tentang optimisme Nadiem Makarim dan rasanya perlu saya memberikan sedikit komentar juga berupa tulisan di bawah ini. Meskipun saya bukan ahli pendidikan, namun setiap manusia berhak atas pendidikan agar ciri sebagai manusia jelas nyata. Apalagi saya juga punya anak-anak yang akan masuk sekolah, tentu sangat berharap wajah pendidikan Indonesia menjadi lebih baik dan berkualitas di semua sekolah. Sehingga anak-anak kita menjadi generasi masa depan yang berguna, dapat mengabdi sebagai manusia untuk negara, bangsa dan agamanya. 

Saat pengangkatan Nadiem Makarim sebagai menteri pendidikan, banyak yang heran sekaligus kaget. Kenapa? yahh karena latar belakangnya sebagai pengusaha start up Gojek menjadi pertimbangan. Sebab gambaran di masyarakat bahwa menteri pendidikan itu haruslah dari dunia akademik. Apalagi mengingat jumlah profesor dan doktor serta ahli-ahli pendidikan di negeri ini tak kurang. Justru jumlah mereka  malah sangat banyak. Tapi kenapa dunia pendidikan di negeri kita masih rendah kualitasnya? 

Saya menemukan link dari tirto tentang peringkat pendidikan Indonesia yang rendah, bahkan di Asean hanya unggul dari Laos, Kamboja, Myammar, dan Thailand. Dan yang tertinggi siapa lagi kalau bukan Singapura, negara kecil namun menjadi rujukan dari banyak orang bersekolah di sana. Oiya, bukankah Anak Pak Jokowi, Kaesang sekolah di Singapura kan? Dan apalagi untuk urusan pengobatan. Sudah banyak orang Indonesia yang berobat di sana. 

Jadi karena tingkat pendidikan yang begitu tinggi maka bisa menghasilkan banyak sumber daya yang berkualitas, termasuk bagaimana bisa menyediakan layanan kesehatan bagi rakyatnya dan juga orang-orang dari luar negerinya. Jika anak dari Presiden kita saja sekolah di luar negeri, berarti ada yang tidak tersedia di negeri kita, termasuk hal layanan rumah sakit, yang berobat ke Singapura tentu saja karena ada yang kurang di negeri kita. 

Masih ingat almarhum ustad Arifin Ilham? beliau terpaksa berobat ke luar negeri. Jika saja kualitas pendidikan kita sangat baik, maka ini akan mempengaruhi bidang lainnya. Bahkan untuk masalah korupsi juga bisa berkurang jika kualitas pendidikan kita sangat baik. Pendidikan yang baik dan  berkualitas sebagai akar membentuk karakter manusia. Berkualitas tidak hanya menyandang titel yang tinggi, tapi bagaimana pelajaran yang dicernanya mengubah seseorang itu menjadi lebih baik dan berdaya guna.

Sehingga akan banyak pembangunan yang juga berkualitas, tidak hanya menghabiskan anggaran sebagai syarat tahunan saja agar kelihatan kerja. Padahal orang bekerja bukan asal kerja, tapi hasil dari kerja itu berguna bagi banyak orang atau justru hanya pemborosan anggaran? 

Tentu akan menjadi pertanyaan besar, kenapa yang terlibat korupsi itu rata-rata menyandang titel yang tinggi? padahal hanya preman dan mafia saja yang gemar melakukan tindak kejahatan yang seperti itu kan? 

Dan mungkin saja pertimbangan pak Jokowi mengangkat Nadiem Makarim sebagai menteri pendidikan adalah melihat fenomena ini. Dan zaman digital yang super cepat ini tak bisa lagi dijawab dengan berbelit-belitnya birokrasi dan sistem pendidikan yang hanya "menghabiskan kertas" saja. Sebagai komitmen Jokowi terhadap sumber daya manusia secara besar-besaran seperti janji kampanye beliau dulu, dimulai dari pendidikan ini. Jadi saya pribadi tak heran dengan pengangkatan ini. 

Meski demikian memang, adanya masukan dan nasehat dari para senior-senior dari berbagai kalangan mesti didengarkan oleh Nadiem. Dan saya lihat sampai sejauh ini Nadiem bersedia mendengarkan mereka. Bahkan dengan rendah hati mengatakan "Akan belajar pada bapak-bapak dan ibu-ibu yang sudah ahli disini" Saat pertama kali menjabat. 

Maka, mau tak mau, pendidikan Indonesia kualitasnya harus terus digenjot dengan membenahi atau kalau perlu merombak semua sistem yang sudah kadaluarsa. Ini perlu keberanian mengeksekusi, dan pastinya akan berada di zona tidak nyaman. Ke depannya saya prediksi akan banyak keputusan yang dianggap kontroversial, sebab zona nyaman itu terganggu.

Maka, saya hanya bisa ucapkan, selama bekerja pak Nadiem dan optimis. Lakukanlah yang terbaik, agar lima tahun ke depan namamu tercatat dengan sangat indah. Dan betapa bahagianya jika banyak manusia Indonesia yang benar-benar berubah menjadi lebih baik membangun negeri ini karena bidang pendidikannya sudah menemukan titik cerah. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun