Beranda
krisis ekonomi (rmol.com)
Ketika sistem ekonomi runtuh, rata-rata yang menjadi bagian dari penganut perbankan konvesional terkena dampak paling hebat. Seperti perbankan Indonesia yang rata-rata adalah yang menganut konsep konvensional, krisis 1998 yang terjadi menjadi tolak ukur serta pelajaran berharga dimana efek domino dari krisis ekonomi membuat kondisi sosial ekonomi masyrakat ikut tak berdaya. Bank-bank banyak yang kolaps sehingga menyebabkan masyarakat menjadi panik lantaran uang mereka di Bank menjadi dalam situasi tidak jelas.
Kejadian krisis 1998 di Indonesia  berawal dari jatuhnya mata uang Thailand (Baht) yang kemudian meluluh lantakan perekonomian Asia Tenggara. Khusus di Indonesia, sebanyak 16 bank dengan konsep konvensional ditutup dengan beberapa diantaranya lewat pengambilan penuh sahamnya oleh pemerintah. Kejadian terus berlanjut dengan guncangan disisi psikologis masyarakat. Panik dan cemas meyebabkan masyarakat menjadi beringas, pembakaran dan penjarahan terjadi dimana-mana. Ekonomi nasional menjadi lumpuh seketika. Sekejap pula norma-norma dan nilai masyarakat yang luhur menjadi porak-poranda, bangsa Indonesia saat itu seperti kehilangan identitasnya.
Ada yang unik dari kejadian runtuhnya ekonomi Asia Tenggara yang juga melikuidasi banyak bank dibanyak negara Asia Tenggara. Negara Malaysia, walaupun sempat terkena krisis menjadi negara Asia Tenggara yang pertama kali keluar dari krisis ekonomi Asia Tenggara ini, apa sebabnya ?
Perbankan SyariahÂ
Malaysia sudah lama mendeklarasikan sebagai negara yang menganut syariah untuk identitas negaranya, hal ini pun ditetapkan ke dunia perbankan disana. Banyak bank-bank yang ada di Malaysia menganut sistem perbankan syariah dibanding konvensional. Bahkan untuk sekarang Malaysia menjadi negara dengan aset perbankan syariah terbanyak di dunia. Sedangkan Indonesia yang dihuni oleh penduduk muslim terbanyak di dunia hanya menempati nomor 9 dalam aset perbankan syariah.
Perbankan syariah Malaysia memang lebih dahulu muncul ketimbang Indonesia, Malaysia mendeklarasikan perbankan syariah mereka pada tahun 1983 dengan berdirinya bank Islam Malaysia berhad, sedangkan di Indonesia perbankan syariah lahir pada tahun 1992 dengan  lahirnya bank Muamalat, sayang hingga satu dasawarsa sejak lahirnya bank Muamalat praktis perbankan syariah tidak masuk dalam rencana strategis pemerintah.
Kini untuk mengejar bagaimana aset perbankan syariah Malaysia yang hampir setara APBN Indonesia benar-benar berat jika tidak ditanggapi secara serius oleh pemerintah untuk pengembangan perbankan syariah, mengingat pemerintah Malaysia terus menyandarkan sistem perekonomiannya pada prinsip-prinsip syariah. Hal Ini terlihat bagaimana perbankan syariah di Malaysia mampu menyumbang 25 % dalam produk domestik bruto negara mereka, prinsip syariah saat ini juga diterapkan dalam pasar modal di Malaysia dan juga obligasi asing pemerintah Malaysia yang dijual di luar negeri.
 Bank Syariah Di IndonesiaÂ