Orkestra infrastruktur pemerintahan Presiden Jokowi sedang menuju ritme puncak menjelang pemilu 2019. MRT dengan akselerasi kereta bawah tanah yang merupakan kereta bawah tanah pertama di Indonesia mampu membuat bangsa Indonesia tak perlu main jauh ke Singapura untuk merasakan sensasi kereta di bawah tanah.
Proyek tol trans Sumatera melahirkan Tol Bakauheni-Terbangi Besar menjadi jalan tol terpanjang di republik, kini perhatian dan konsentrasi pemerintah Presiden Jokowi akan melahirkan karya baru yang bernama double double track Manggarai -Cikarang.Â
Jalur Manggarai-Cikarang teramat sibuk, kereta api dari Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, dan Jawa Timur hilir mudik menuju dan keluar ibu kota. Jalur ini harus beririsan dengan jalur commuterline yang mengangkut lebih dari satu juta manusia dalam sehari.
Bisa dibayangkan bagaimana manajemen lintas jalur PT KAI mengatur dengan sebaik mungkin agar tidak ada kereta yang tidak "kebagian" jalur double track yang ada sejak puluhan tahun silam.Â
Pemerintahan Presiden Jokowi melihat ini sebagai masalah di masa yang akan datang dan coba untuk menyelesaikan sengkarut dari menumpuknya kereta yang hanya terdiri dari 2 jalur saja. Memperbanyak jalur adalah solusi yang harus diambil.
Namun kenyataan harus dibayangi dengan banyaknya perlintasan sebidang yang ditutup, membuat jalur bepergian warga menjadi tidak ringkas dan cenderung manambah lama waktu bepergian. Tak hanya itu, iritnya pembangunan flyover dan underpass membuat titik kemacetan baru berpindah dan semakin sengkarut jalan di pinggiran ibukota.
Pemerintah pusat dan daerah harus bekerja sama agar bagaimana cara menyelesaikan perlintasan sebidang disepanjang double double track Manggarai-Cikarang bisa diatasi, bisa mengambil contoh di negara tetangga yang mempunyai solusi dalam menyelesaikan perlintsan sebidang dan negara tetangga itu adalah Australia.Â
Selintas Australia adalah representatif negara maju yang berada di Asia Bagian Tenggara. Dominasi kulit putih membuat negara Australia menjadi kiblat kemajuan untuk transportasi tapi untuk perlintasan sebidang ternyata Australia baru menyelesaikan "PR" perlintasan sebidang sejak tahun 2015.Â
Dimulai dari negara bagian Victoria yang memiliki 50 perlintasan sebidang pekerjaan menghilangkan perlintasan sebidang dimulai untuk memodernkan negara. Penyelesaiannya pun harus dengan tidak biasa karena dibanding membangun underpass dan flyover jalan raya yang berarti memindahkan titik kemacetan baru, pemerintah negara bagian Victoria lebih cenderung "mengunderpasskan" rel kereta, sehingga jalan raya menjadi terbebas dari perlintasan sebidang dengan kereta api.Â
Underpass jalur kereta hanya terjadi pada perlintasan sebidang dengan jalan, bagaimana dengan stasiunnya, pemerintah negara bagian Victoria pun membangun stasiun yang sejalan dengan jalur kereta yang "underpass" tersebut. Pemerintah Victoria memindahkan 50 perlintasan sebidang untuk mengurai kemacetan, mengoperasikan lebih banyak kereta, sehingga orang-orang lebih memilih angkutan umum.
Pemerintah Victoria mengalokasikan AU$2,4 miliar (Rp 24 triliun) anggaran tahun 2015-2016 untuk menghilangkan sedikitnya 20 perlintasan sebidang (level crossing) hingga 2018. Diharapkan, 50 perlintasan sebidang kereta dan jalan akan hilang hingga 2022. Â