Mohon tunggu...
Haendy B
Haendy B Mohon Tunggu... Administrasi - Blogger, Football Anthutsias

mengamati dan menulis walau bukan seorang yang "ahli" | Footballism

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Prabowo, Ketika Nasi Sudah Menjadi Bubur, Ketika Kata Telah Terucap

23 Maret 2018   06:59 Diperbarui: 23 Maret 2018   07:19 1039
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Prabowo Subianto (Tribunnews.com)

Jadi seperti pak Prabowo berat, sekali salah viralnya kemana-mana. Tak peduli netralisir yang sudah dibuat untuk menjelaskan dan merunutkan persolan, kesalahan sudah menjadi rangkaian.

Viral mendadak dari pidato Indonesia bubar 2030 berkembang luas. Bikin panik, karena ramalan negara ini bubar hanya berjarak 12 tahun dari sekarang dengan tanggal yang entah kapan. Sontak seluruh republik dibuat keheranan, benarkah prediksi atau keselip lidahkah seorang Jendral.

Prabowo sendiri sering terpleset kata dan tindakan karena kesalahan tim dibelakangnya atau memang takdirnya. Pernah ada foto pak Prabowo yang untuk memakai sepatu dibantu anak buahnya, ribuan netizen memandang negatif foto tersebut. Pandangan negatif bertebaran padahal saat pemilu seperti itu harus diperlukan citra positif demi menggaet votersuntuk memenangi pemilihan.

Tapi jika ditelaah lebih jauh Prabowo mungkin dipakaikan sepatunya karena berat badan yang nampak lebih, jadi untuk sekedar jongkok sulit, tapi waktu berlalu kesempatan untuk memperbaiki kesalahan sudah lewat karena hasil pemilihan presiden sudah valid.

Beratnya Prabowo karena permasalahan dimasa lalu tak bisa diiris untuk dilupakan sampai sekarang. Dalam suatu debat calon presiden dengan Jokowi, Prabowo yang kala itu bilang bahwa keuangan negara bocor dipandang aneh kembali oleh para voters,terutama pendukung Jokowi. Yang tak suka dan senang dengan Prabowo akan menganggap ini lelucon karena kata bocor lebih tepat dengan atap atau sejenisnya.

Kata "bocor" saat debat capres yang lalu menurut kompas.com, diucapkan 10 kali dan menjadi viral. Padahal kata "bocor" yang diucapkan Prabowo bermaksud mengenai sumber daya alam (SDA) Indonesia yang hasilnya sebagian besar mengalir ke luar negeri sehingga bangsa Indonesia hanya merasakan sedikit hasil kekayaan alam miliknya. 

Mantan Danjen Kopassus itu mencontohkan kebocoran SDA dalam negeri, seperti bauksit yang diproduksi dalam negeri, lalu langsung diekspor ke luar negeri. Jika dilihat dengan kondisi saat ini bagaimana anggaran tak kuat membiayai pembangunan karena kebocoran yang ada sehingga utang negara naik berlipat hingga 2 kali besaran APBN maka frase kata "bocor" untuk menutupi defisit APBN tak salah. Tidak ada yang membantah jika hal ini dikilas balik saat debat calon presiden.

Pidato Indonesia bubar 2030 pun menjadi viral dan dikomentari dimana-mana, disadur oleh banyak media online, derasnya arus optimisme mengalahkan pesimisme seorang Jendral Prabowo. Walaupun pada akhirnya ada penjelasan tentang Indonesia Bubar 2030 termaktub dari novel fiksi ghost fleetyang ditulis dari analis intelijen asing.

Novel ini adalah tulisan fiksi ilmiah dari dua penulis asal Amerika Serikat, yakni Peter Warren Singer dan August Cole. Peter Warren Singer adalah seorang peneliti politik dan perang asal Amerika Serikat. Selain itu, dia dikenal sebagai editor lepas dari majalah sains dan teknologi, Popular Science.Namun menjadi pegangan mendasar dalam pidato Indonesia bubar di sebuah kampus negeri di Indonesia dan disorot secara luas.

Sensivitas negara bubar yang memang masih diluar batas pemikiran masyarakat, tapi meskipun begitu negara bubar ada contohnya seperti Uni Soviet, tak ada salahnya untuk segenap bangsa harus menguatkan jati diri yang berasaskan pancasila agar kata "bubar" tak muncul dimanapun, dan kapan pun.

Banyak hal negatif untuk Prabowo sedari awal bertarung dipemilihan presiden 2014, walaupun memperoleh kenaikan elektabilitas dari kemenangan Anies-Sandi di pemilihan gubernur DKI 2017 lalu, ternyata tak cukup untuk mengejar elektabilitas presiden Jokowi dan mentas sebagai calon presiden penantang di pemilihan presiden nanti. Kesalahan pengucapan atau pemikiran yang bermaksud sebagai kritik membangun tak tercapai. Ketika nasi sudah menjadi bubur, apa daya kata sudah terucap.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun