Mohon tunggu...
Hadiri Abdurrazaq
Hadiri Abdurrazaq Mohon Tunggu... Editor - Editor dan penulis

Menjelajah dunia kata | Merangkai kalimat | Menemukan dan menyuguhkan mutiara makna

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Pancasila antara Idealitas dan Realitas

15 Juni 2020   16:55 Diperbarui: 15 Juni 2020   17:00 991
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kemudian Presiden Soeharto memegang kekuasaan atas Republik selama tiga puluh tahun lebih. Kepemimpinannya pun berakhir tak elok. Ia dipaksa berhenti oleh kekuatan reformasi 1998. Kebijakan-kebijakannya selama memimpin dinilai korup, represif, antikemanusiaan, dan jauh dari nilai-nilai keadilan. Penerapan asas tunggal Pancasila pada masa kepemimpinannya dituding tak lebih sebagai alat politik demi melanggengkan kekuasaan.

Setelah Soeharto "terpaksa" berhenti sebagai Presiden, Indonesia memasuki era baru. Sirkulasi politik kepemimpinan nasional tampak mulai berjalan lancar. Sudah ada lima presiden yang memimpin negeri ini dalam kurun dua dasawarsa terakhir.

Lalu kini muncul Rancangan Undang-Undang tentang Haluan Ideologi Pancasila (RUU HIP). Apakah RUU ini akan mulus menjadi UU, mengingat sedari awal kemunculannya muncul pula kontroversi tentangnya? Sampai kapan Pancasila dijadikan "hanya" sebagai alat politik untuk "saling menikam" antarsesama elemen bangsa? Mari becermin...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun