Mohon tunggu...
M Hadiputra Azhar
M Hadiputra Azhar Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa biasa

Undergraduated Management Student

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Antara Konflik dan Negosiasi

20 Oktober 2021   16:38 Diperbarui: 20 Oktober 2021   16:41 377
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(ayoguruberbagi.kemendikbud.go.id)

Hola, Assalamualaikum

Manusia merupakan makhluk hidup yang tidak lepas dari ketergantungan terhadap orang lain dalam suatu masyarakat atau sering disebut makhluk sosial. Setiap individu memiliki kualitas yang tergabung dalam interaksi sosial dengan anggota masyarakat. Keunikan individu dapat bersifat positif, yaitu menciptakan peluang, atau negatif, yaitu hambatan dalam suatu masyarakat. Peluang dan hambatan ini muncul ketika anggota masyarakat menetapkan tujuan yang dianggap baik oleh masyarakat. Individu dengan sifat yang sesuai dengan tujuan dianggap terpengaruh secara positif, sedangkan individu dengan sifat yang tidak sesuai dengan tujuan dianggap berdampak negatif terhadap anggota masyarakat lainnya.

Salah satu bentuk hambatan yang ada dalam organisasi adalah konflik yang disebabkan oleh ketidakselarasan perilaku individu, kelompok, dan struktur dalam suatu organisasi. Namun konflik juga dapat menjadi peluang dalam suatu organisasi untuk mencapai tujuan secara lebih efektif dan efisien agar organisasi tidak statis. 

Konflik yang dapat menjadi peluang dalam organisasi, dapat menimbulkan perpecahan jika konflik tersebut tidak dikendalikan. Oleh karena itu, dalam suatu konflik diperlukan proses negosiasi sebagai bentuk kerjasama yang berkesinambungan dalam mencapai tujuan organisasi. Selain itu, konflik dan negosiasi dalam suatu organisasi diatur oleh manajer dalam menjalankan fungsinya yaitu kepemimpinan, sehingga efek dari konflik dan negosiasi harus diketahui agar integrasi organisasi tetap terkendali.

Jadi apa itu konflik? Konflik didefinisikan sebagai proses yang dimulai ketika satu pihak merasa bahwa pihak lain telah mempengaruhi secara negatif, atau akan mempengaruhi secara negatif, sesuatu yang menyangkut atau mempengaruhi pihak pertama. Konflik berasal dari kata kerja latin configere yang berarti memukul. Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau lebih (bisa juga suatu kelompok) di mana satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan cara menghancurkan atau membuatnya tidak berdaya. 

Konflik sendiri diklasifikasikan menjadi 2 jenis, yaitu konflik fungsional dan konflik disfungsional. Konflik fungsional, yaitu konflik yang mendukung tujuan kelompok dan meningkatkan kinerjanya.

Faktor-Faktor Penyebab Konflik

Faktor penyebab konflik:

  • Perbedaan individu, yang meliputi perbedaan pendirian dan perasaan. Setiap manusia adalah individu yang unik.
  • Perbedaan latar belakang kebudayaan sehingga membentuk pribadi-pribadi yang berbeda.
  • Perbedaan kepentingan antara individu atau kelompok.

Jenis-Jenis Konflik

Menurut Dahrendorf, konflik dibedakan menjadi 4 macam:

  • konflik antara atau dalam peran sosial (intrapribadi), misalnya antara peranan-peranan dalam keluarga atau profesi (konflik peran (role))
  • konflik antara kelompok-kelompok sosial (antar keluarga, antar gank).
  • konflik kelompok terorganisir dan tidak terorganisir (polisi melawan massa).
  • konflik antar satuan nasional (kampanye, perang saudara)
  • konflik antar atau tidk antar agama
  • konflik antar politik.

Akibat Konflik

Hasil dari sebuah konflik adalah sebagai berikut :

  • meningkatkan solidaritas sesama anggota kelompok (ingroup) yang mengalami konflik dengan kelompok lain.
  • keretakan hubungan antar kelompok yang bertikai.
  • perubahan kepribadian pada individu, misalnya timbulnya rasa dendam,- benci, saling curiga dll.
  • kerusakan harta benda dan hilangnya jiwa manusia.
  • dominasi bahkan penaklukan salah satu pihak yang terlibat dalam konflik.

Lalu, bagaimana cara menyelsaikan konflik?

Lalu bagaimana konflik ini diselesaikan? banyak pihak memilih jalur negosiasi untuk mengakhiri konflik itu sendiri. Negosiasi adalah upaya yang dilakukan antara pihak-pihak yang berkonflik dengan maksud untuk mencari jalan keluar untuk menyelesaikan konflik tersebut dengan kesepakatan bersama. Negosiasi menurut Ivancevich (2007) adalah suatu proses dimana dua pihak (atau lebih) yang berbeda pendapat berusaha untuk mencapai kesepakatan. Menurut Sopiah (2008), negosiasi adalah proses negosiasi antara pihak-pihak yang terlibat dalam konflik. Sementara itu, Robbins (2008) menyimpulkan bahwa negosiasi adalah suatu proses dimana dua pihak atau lebih bertukar barang atau jasa dan berusaha menyepakati nilai tukar.

Ada dua jenis strategi negosiasi, ada strategi menang-kalah, yaitu pandangan klasik bahwa negosiasi berlangsung dalam bentuk permainan yang nilai totalnya nol (zero sum game). Artinya apapun yang terjadi dalam negosiasi, salah satu pihak pasti menang sedangkan pihak lain kalah, atau lebih dikenal dengan pendekatan Distributif. Dan yang kedua adalah win-win strategy, yaitu pendekatan win-win atau pendekatan integratif dalam negosiasi yang menawarkan perspektif berbeda dalam proses negosiasi. Negosiasi menang-menang adalah pendekatan jumlah positif. Situasi jumlah positif adalah pendekatan di mana masing-masing pihak diuntungkan tanpa harus merugikan pihak lain.

Negosiasi adalah sesuatu yang kita lakukan sepanjang waktu dan itu terjadi di hampir setiap aspek kehidupan kita. Lebih lanjut, negosiasi merupakan cara yang paling efektif untuk menyelesaikan dan menyelesaikan konflik atau perbedaan kepentingan. Tujuan negosiasi adalah mengatasi atau menyesuaikan perbedaan, untuk memperoleh sesuatu dari pihak lain tanpa dipaksakan. Negosiasi dilakukan untuk mencapai kesepakatan yang dapat diterima kedua belah pihak, dalam melakukan transaksi, menyelesaikan sengketa atau perselisihan pendapat. Dalam proses negosiasi, hindari hal-hal yang dapat merugikan kedua belah pihak. Untuk itu, negosiasi harus dilakukan secara santun.

Dalam banyak kasus, negosiasi sebenarnya tidak diselesaikan di meja perundingan atau di meja pertemuan formal, tetapi dalam lingkungan yang lebih informal dan santai, di mana kedua belah pihak berbicara dengan hati mereka dan mengambil keuntungan dari kemanusiaan pihak lain. Karena pada dasarnya selain hal-hal formal yang ada dalam proses negosiasi, setiap manusia memiliki hasrat, keinginan, perasaan, nilai dan keyakinan yang menjadi dasar dari setiap langkah proses pengambilan keputusan yang diambilnya.

Demikian, Saya berharap pembaca dapat mengambil hal yang baik dari apa yang saya sampaikan. Terima kasih

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun