Mohon tunggu...
Hadi Subroto
Hadi Subroto Mohon Tunggu... -

Suka baca, menulis, berdiskusi, nonton film, dan segala sesuatu hal yang bermanfaat. Nongkrong juga bagian way of my life.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Sekilas Tentang Hedonisme

26 April 2010   04:53 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:35 10567
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Banyak dari kita terutama mahasiswa sosio-humaniora (mahasiswa fakultas ekonomi, sospol, hukum, ilmu budaya, psikologi) yang mungkin secara tidak sadar telah terperangkap dalam jurang hedonisme yang sangat dalam.

Ngomong-ngomong, apa sih hedonisme itu? Mungkin pembaca uda tau tentang hedonisme, bahkan sering ngeliat atau punya temen-temen yang hedon tapi kita belum bisa menjelaskan hedonisme secara tekstual. Nah betapa banyaknya mereka itu hidup di kampus dan menekuni ilmu di bidang sosio-humaniora (biasanya mereka beredar di jurusan manajemen, akuntansi, hukum, psikologi, komunikasi dan HI) dan fakultas kedokteran yang mahalnya nggak karuan (Insya Allah, sedikit kaum miskin di kampus ini) pokoknya yang kampusnya bayare mahal deh dan gradenya tinggi. hihihi

Sebelum mblusuk lebih jauh lagi, mari kita menyatukan presepsi hedonisme disini. Hedonisme ini nggak muncul seiring majunya zaman yang kian modern lho. Mereka (kaum hedon) itu uda ada sejak jaman yunani kuno. Wahwah.. eksis terus rek.. sama kayak kaum transgender yang sudah ada sejak jaman nabi Lut. hehehe

Penulis mencoba mengambil pengertian hedonisme dari buku “Filsafat Moral”, Hedonisme merupakan salah satu teori etika yang paling tua, paling sederhana, paling kebenda-bendaan, dan dari abad ke abad slalu kita temukan. Untuk aliran ini, kesenangan (kenikmatan) adalah tujuan akhir hidup dan yang baik yang tertinggi. Kaum hedonis modern memilih kata kebahagiaan untuk kesenangan.

Hedonisme pertama-tama dirumuskan oleh Aristippus yang salah menafsirkan ajaran gurunya, Socrates yang berkata bahwa tujuan hidup adalah kebahagiaan. Aristippus menyamakan kebahagian dengan kesenangan. Menurutnya, kesenangan berkat gerakan lemah, rasa sakit berkat gerakan kasar.
Kesenangan sesaat yang dinikmati itu yang dihargai. Suatu perbuatan disebut baik jika dapat menyebabkan kesenangan dan memberi kenikmatan. Kebajikan menahan kita agar tidak jatuh dalam nafsu yang berlebihan yakni gerakan kasar jadi tidak menyenangkan.

Hedonisme dihaluskan oleh Epicurus dan dihubungkan teori fisika dari Demokritos. Epicurus, tujuan hidup bukan kesenangan yang kuat, melainkan suatu kedamaian. Kita harus menghindari rasa takut terhadap dewa dan maut. Kesenangan intelektual saja tidak cukup, tanpa merasakan kesenangan inderani.
Suatu perumusan yang kurang tepat oleh Epicurus untuk menghindari rasa takut terhadap dewa dan maut, yakni melalui cara senang-senang atau mengejar materi dalam hidup. Kayaknya dia orang yang materialistis deh dan percaya setelah mati yo mati tapi anehnya dia kok percaya adanya dewa. Epicurus ini sama halnya kayak manusia jaman sekarang atau orang-orang yang beragama yang selalu takut mati dan percaya Tuhan tapi jarang bahkan tidak pernah menjalankan perintah-Nya.

“Hedonism” menurut kamus oxford memiliki makna The highest good and proper aim of human life. Kurang lebih indonesianya kayak gini kata temen saya, Tujuan hidup manusia yang paling baik dan menyeluruh.
Kalo John Winter dalam bukunya yang berjudul Agar Langkah Hidup Anda Bahagia, mengatakan bahwa gaya hidup hedonisme diciptakan oleh sebuah zaman di mana zaman ini telah mendahulukan keinginan yang bersumber dari hawa nafsu, bukan dari pikiran rasional yang nyata.

Dari semua penjelasan di atas, pembaca bisa menarik kesimpulan. Kalo kesimpulan penulis tentang hedonisme adalah isine mek seneng-seneng, gengsi, foya-foya, glamour, shooper, eksklusifitas, tak lekang oleh waktu buang-buang duit dan mereka itu cuma bisa numpang kekayaanya ortunya dan selalu dimanja oleh ortunya bahkan nggak pernah dapet perhatian ortunya karena saking sibuk ortunya. Hahahaha

Hidup nggak cuma materi and seneng-seneng aja cuy, ada yang jauh lebih berharga daripada itu. Apakah bisa kaum hedon merasakan apa yang dirasakan di luar kaum mereka? Apakah mereka mau ikut acara “tukar nasib” di sctv atau “jika aku menjadi” di trans tv?

Yah, mungkin karena kurang peka terhadap lingkungannya hingga kalo ada duitpun mereka bingung mau dibuang kemana? Akhirnya ngelakuin hal yang aneh menurut kita (bagi yang non-hedon lho), kayak creambath, meni pedi, shooping, nongkring di starbucks or black canyon dan tempat nongkrong mahal lainnya. Mungkin selain kenikmatan, mereka juga memikirkan gengsi betapa asoynya buang-buang duit di tempat yang mahal.
Mereka atau sebagian dari kita punya pendapat, yah selama mereka senang dengan itu semua ya why not? Ngapain juga toh kita ngurusin mereka? Lha wong mereka nggak pernah ngurusin kita kok? Bukannya mau ngurusin atau apa lah, cuma bisa ngebayangin nggak? kalo kita uda punya anak or sohib lah terus menganut paham ini? emane rek, golek duit angel-angel kok koyok buang sampah sembarangan ae. Hahaha

Bukankah sebagai umat kita harus saling mengingatkan? Sampaikanlah walau hanya satu ayat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun