Mohon tunggu...
Mister Hadi
Mister Hadi Mohon Tunggu... wiraswasta -

Bagi Anda yang tinggal di Bogor/Depok dan sekitarnya dan ingin belajar privat Bahasa Inggris dengan saya, hubungi : 08561802478 (call/WA)

Selanjutnya

Tutup

Politik

Pesan Tersembunyi dari Perkawinan Walikota Bogor

25 Juni 2011   17:52 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:10 1292
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

sumber berita :  Wali Kota Bogor Akui Nikahi Gadis 19 Tahun

Berita pernikahan walikota Bogor, Diani Budiarto dengan gadis berusia 19 tahun (ada yang mengatakan 18 tahun) menuai kontroversi. Banyak yang mengatakan bahwa ini kurang etis, apalagi dikabarkan bahwa istri pertamanya  sedang terbaring sakit. Namun tak sedikit pihak-pihak yang memaklumi tindakan pak walikota bahkan ada yang mendukungnya. Yang mendukung beralasan bahwa tindakan pak walikota tidak bertentangan dengan hukum, dan itu adalah haknya dia sebagai individu. Bahkan ada yang salut dengan tindakan pak walikota karena berani terus terang, tidak sembunyi-sembunyi.

Dua partai besar yang mengusung Diani, PKS dan PDI-P tidak mempermasalahkan perkawinan pak walikota yang ke empat dengan seorang gadis berusia 19 tahun itu. PKS mengatakan bahwa itu adalah tidak melanggar hukum dan tidak alasan bagi DPP untuk melakukan tindakan terhadap dia. Sementara PDI-P yang biasanya sangat alergi dengan pejabat yang berpoligami kali ini juga berkomentar itu adalah urusan pribadi yang bersangkutan. Tapi pengamat politik Arbi Sanit berpendapat berbeda. Ia mengatakan bahwa tindakan Diani adalah penyalahgunaan kekuasan dan harus segera ditindak atau dipecat.

Penulis sependapat dengan komentar Arbi Sanit bahwa ini adalah penyalahgunaan kekuasaan. Argumentasinya adalah: apakah gadis berusia 19 tahun itu mau menikah dengan Diani seandainya dia bukan seorang walikota?  Gadis yang konon pegawai kafe itu pasti tak akan mau menikah dengan seorang laki-laki berusia 56 tahun jika laki-laki itu tidak mempunyai kekuasaan atau kekayaan, apalagi dijadikan istri yang ke empat. Argumentasi yang mengatakan bahwa menikah itu adalah urusan pribadinya juga tidak bisa dibenarkan secara etika.
Etikanya begini, tindakan adalah pesan yang ingin disampaikan seseorang. Seorang pemimpin yang bertindak bisa diartikan sebagai pesan kepada yang dipimpinnya. Ketika seorang pemimpin itu hidup hemat dan bersahaja, itu adalah pesan kepada rakyatnya untuk berhemat dan hidup sederhana. Nah, dalam pernikahan ini seolah-olah dia berkata kepada para pelajar putri SMA di kota Bogor : "Kalian gak usah sekolah tinggi-tinggi, cukup sampai SMA saja, yang penting kalian dapat suami yang kaya seperti saya."

Kalau tidak salah setiap kepala daerah adalah pembina BKKBN di daerahnya masing-masing. Biasanya sang kepala daerah akan berpesan kepada warganya untuk ikut KB, dua anak saja cukup. Pasti nanti warganya ada yang nyeletuk, "dua anak dari satu istri ya pak, berarti  delapan anak donk.." Artinya walikota Bogor telah tersandera dengan tindakannya terebut. Akan sulit bagi dia untuk bebas berinteraksi dengan warganya. Penulis sendiri adalah orang Bogor, dan pembangunan insfrasturktur di kota Bogor hanya bagus di pusat kota. Masih banyak jalan-jalan rusak berlubang dan tidak ada penerangan di malam hari. Kenyataan ini untuk menggugurkan pendapat yang mengatakan : tidak masalah dia menikah lagi  selama dia sukses bertugas sebagai walikota.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun