Pada sebuah subuh, di antara tanda-tanda di ujung ramadan
aku membaca tentangmu, kawan yang berselimut waktu
selarik senyum kaulipat di antara resah dan harapan
seumpama api meredup oleh angin yang menyapu
begitulah aku membacamu, hingga subuh telah membuka pintu
masih juga kau berselimut waktu
memunguti serpihan masa lalu, ketika cahaya membawamu
di tanah kelahiran yang membentuk dan menempamu dulu
aku baca kau, ibarat bocah ingusan merengek-rengek pada impian
sedangkan impian itu baru saja dikebiri dan dikuliti
oleh tangan-tangan perkasa atas nama kehidupan
hingga kau dan orang-orang sepertimu seperti meringkuk di bilik besi
kau, kawan, simpanlah saja harapan itu
simpanlah bersama sisa-sisa senyum dan  waktu
sambil terus kau berdoa dan berjaga
semoga esok masih ada lagi cengkeramaÂ
dengan sejuta harapan dan impianÂ
kau, lebih baik saatnya kini
kau nikmati teduhnya ujung ramadan
bersama zikir dan pasrah diri
agar semakin kau kokohkan iman
Tangsel, 5 Mei 2021