Mohon tunggu...
Hadi Santoso
Hadi Santoso Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Jurnalis.

Pernah sewindu bekerja di 'pabrik koran'. The Headliners Kompasiana 2019, 2020, dan 2021. Nominee 'Best in Specific Interest' Kompasianival 2018. Saya bisa dihubungi di email : omahdarjo@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Sederhana tapi Mematikan, Begini Seharusnya Brazil Bermain!

9 Juni 2016   10:30 Diperbarui: 9 Juni 2016   10:37 472
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gembira--Brazil menang karena bermain dengan gembira, bukan dengan tekanan/Daily Mail

Brazil menang 7-1 atas Haiti. Ah, itu bukan berita mengejutkan. Itu kemenangan biasa saja. Maklum, lawan yang dikalahkan Brazil “cuma” Haiti. Tim peringkat 76 FIFA (per 2 Juni 2016) yang baru kali ini berkesempatan tampil di Copa America usai memenangi laga play off melawan Trinidad dan Tobago. Sementara Brazil, adalah nama besar yang selalu jadi favorit juara di turnamen yang diikuti.

Namun, bila kita melihat mundur penampilan Brazil dalam beberapa tahun terakhir, ini bukanlah kemenangan biasa. Ini kemenangan istimewa. Merujuk pada skor besarnya. Ya, sudah lama Brazil tidak mampu menang dengan skor besar di turnamen resmi. Utamanya di Copa America.

Di Copa America 2015 lalu, kemenangan yang diraih Brazil hanya dengan skor minimalis. Di fase grup, Brazil menang dengan skor tipis 2-1 atas Venezuela dan Ekuador lalu kalah 0-1 dari Kolombia. Lalu di perempat final, Brazil main 1-1 dengan Paraguay dan lantas kalah adu penalti. Langkah Brazil pun terhenti. Begitu juga di Copa America 2011, Brazil juga meraih hasil minimalis kala main 0-0 dengan Venezuela, 2-2 dengan Paraguay dan 4-2 atas Ekuador di fase grup. Lalu di perempat final, kalah adu penalti dari Paraguay setelah bermain 0-0.  

Butuh mundur sembilan tahun untuk menengok kembali kapan kali terakhir Brazil menang besar. Yakni ketika mengalahkan Chile 6-1 di perempat final Copa America 2007. Itu adalah salah satu tim terbaik Brazil yang pernah tampil di Copa America. Ketika Robinho dan Julio Baptista, tengah dalam era terbaiknya. Di tahun itu, Brazil meraih gelar ke delapan Copa America setelah mengalahkan musuh bebuyutannya, Argentina dengan skor mencolok, 3-0 di final.  

Tetapi, yang istimewa dari kemenangan Brazil atas Haiti sejatinya bukan hanya hasil akhirnya. Tetapi lebih kepada bagaimana cara Brazil dalam mengalahkan Haiti. Ya, lebih kepada permainan Brazil yang mampu menjadi “Brazil sebenarnya”.

Lewat tayangan langsung Kompas TV, Kamis (9/6) pagi tadi, kita bisa melihat betapa pemain-pemain Brazil menemukan kembali hal penting yang telah lama hilang dari mereka. Apa itu? Kesenangan dalam bermain.

Ya, bagi negara seperti Brazil yang sepak bola dianggap sebagai kebanggaan negara, di mana sepak bola sudah diposisikan sebagai cita-cita tertinggi bagi setiap anak yang lahir di sana, esensi utama bermain bola adalah untuk menghibur dengan permainan atraktif. Bila mampu melakukan begitu, maka gol-gol akan tercipta. Bila sudah begitu, piala akan diraih di akhir turnamen.

Brazil selama ini tidak lagi tim yang menjadikan sepak bola sebagai wahana untuk menghibur rakyat Brazil dan penonton yang menyaksikan permainan mereka. Bagaimana mau menghibur lha wong Brazil sendiri seringkali bermain dalam kebingungan dan bayangan takut kalah. Mereka terbebani untuk menang. Pemain-pemain Brazil tidak mampu leluasa berkreasi. Itu yang terlihat di Piala Dunia 2014 lalu. Dan, kabar buruk bagi rakyat Brazil, tren itu sepertinya akan berlanjut di Copa America 2016 ini.

Brazil jelas terlihat tidak memiliki kesenangan dalam bermain ketika menghadapi Ekuador pada laga pertama Grup B Copa America 2016 lalu. Imbasnya, Brazil hanya meraih hasil 0-0. Bahkan, Brazil beruntung tidak kalah di pertandingan itu karena gol Ekuador dianulir.  Monggo baca ulasan saya sebelumnya http://www.kompasiana.com/hadi.santoso/masihkah-keberuntungan-memayungi-brazil-di-copa-america-2016_5754eff5f07a61c1038b456c. Tetapi, di pertandingan kedua melawan Haiti, “wajah” tim Brazil sudah jauh berubah.  

Penghibur--Willian dkk berhasil menghibur penonton/Daily Mail
Penghibur--Willian dkk berhasil menghibur penonton/Daily Mail
Padahal, laga melawan Haiti itu sejatinya memberikan tekanan lebih besar kepada Brazil. Sebab, tim asuhan Carlos Dunga harus menang bila ingin menjaga peluang lolos ke perempat final. Dunga juga memainkan starting line up yang sama persis dengan tim yang bermain melawan Ekuador. Tetapi, Dunga kali ini punya pendekatan berbeda. Tahu pemain-pemain Haiti punya stamina bagus seperti ketika melawan Peru, Dunga tidak memaksakan timnya bermain cepat yang tentunya akan menguras stamina.  

Yang terjadi, Dani Alves dan kawan-kawan bermain dengan “cara sederhana tetapi mematikan”. Dari layar Kompas TV, saya senang bisa melihat langsung bagaimana pemain-pemain Brazil mengalirkan bola dari kaki-kaki dari jarak dekat dengan akurat dan cepat. Mereka juga memeragakan umpan-umpan wall pass. Pemain yang membawa bola memberikan kepada pemain lain yang lantas memantulkan bola kembali kepada si pembawa bola. Seperti tembok. Beberapa kali, Phillipe Coutinho, Willian dan Jonas juga Gabriel memperlihatkan cara ini. Casemiro, Renato Augusto dan Elias juga mampu menjadi penghadang serangan dengan beberapa kali memotong umpan pemain-pemain Haiti. Tetapi, yang paling memukau adalah umpan-umpan terobosan terukur yang terlihat sangat mematikan dengan keunggulan lari dan juga pergerakan tanpa bola pemain-pemain Brazil. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun