Mohon tunggu...
Hadi Santoso
Hadi Santoso Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Jurnalis.

Pernah sewindu bekerja di 'pabrik koran'. The Headliners Kompasiana 2019, 2020, dan 2021. Nominee 'Best in Specific Interest' Kompasianival 2018. Saya bisa dihubungi di email : omahdarjo@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

PSG, Si Perampas Keseruan Liga Prancis

1 Februari 2016   11:00 Diperbarui: 1 Februari 2016   15:30 1067
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Uang tidak bisa membeli trofi. Benarkah? Tentu saja benar dalam artian yang sebenar-benarnya (denotatif). Bahwa tidak mungkin sebuah tim bisa langsung membeli trofi tanpa harus ikut berkompetisi. Namun, dalam makna kiasan (konotatif), kalimat itu ada benarnya. Sebab, dengan memiliki uang, sebuah tim bisa membeli kaki-kaki berharga mahal (pemain bintang) berharga ratusan juta euro alias triliunan rupiah, untuk bisa mendatangkan trofi.

Uang kini dianggap sebagai syarat utama untuk bisa memenangi trofi dan membangun kejayaan. Ada uang, ada piala. Prinsip itulah yang dianut klub Prancis, Paris Saint-Germain. Sejak didanai kekuatan uang dari Qatar Investment Authority, PSG menjelma jadi tim super kuat. Tidak ada tim Prancis yang berdaya melawan kekuatan PSG.

[caption caption="PSG, membuat Liga Prancis kini tidak lagi menarik/www.psg.fr"][/caption]Lihatlah bagaimana kiprah PSG di musim 2015/16 ini. Kemenangan PSG, 2-0 atas tuan rumah Saint Etienne di pekan ke-23, Senin (1/2/2016) dini hari tadi via dua gol Zlatan Ibrahimovic, semakin mengukuhkan posisi sang juara bertahan di puncak klasemen. Saint Etienne sendiri merupakan tim pengoleksi gelar terbanyak Liga Prancis meski kini bukan lagi yang terkuat.

Ini kemenangan ke-20 PSG dari 23 laga. Mereka tak pernah kalah. Hanya pernah tiga kali imbang. PSG mencetak 58 gol. Paling rakus gol di Liga Prancis dan hanya kemasukan 10 gol. Jumlah gol memasukkan PSG bahkan masih lebih banyak dibanding jumlah gol gabungan tim peringkat 2, AS Monaco (33 gol) dan peringkat 3, Angers SCO (24 gol).

[caption caption="Zlatan Ibrahimovic, simbol kerakusan gol PSG/www.psg.fr"]

[/caption]PSG kini sendirian memimpin klasemen dengan 63 poin. Bahkan, tim posisi 2, AS Monaco, hanya mengemas 39 poin. Artinya, ada selisih 24 poin dengan PSG. Fakta itu menegaskan bahwa seolah tidak ada tim di Liga Prancis yang ‘berani mendekati’ PSG. Dengan kenyataan seperti itu, mudah ditebak bahwa PSG akan kembali jadi juara Liga Prancis musim ini, untuk keempat kalinya secara beruntun.

Padahal, sebelum PSG berkuasa, Liga Prancis masih seru untuk diikuti. Ada empat hingga lima tim yang setiap musim, berebut gelar juara. Sejak berakhirnya era keemasan Olympique Lyon pada 2007/08--Lyon yang diperkuat Karim Benzema dan Juninho Pernambucano, sempat membuat Liga Prancis begitu membosankan ketika juara tujuh musim beruntun dari era 2002 hingga 2008--Liga Prancis setiap musimnya menghadirkan juara yang berbeda.

Simak fakta ini, di musim 2008/09, bekas timnya Zinedine Zidane, Girondins Bordeaux tampil jadi juara. Di musim 2009/10, eks tim Didier Drogba, Olympique Marseille yang jadi juara. Di musim 2010/11, Lille yang kala itu diperkuat Eden Hazard plus Gervinho dan dilatih Rudi Garcia, jadi juara. Dan di musim 2011/12, giliran Montpellier jadi juara berkat ketajaman Olivier Giroud yang membuat 21 gol dan 9 assist. Di musim 2011/12 itu, PSG jadi runner-up. Setahun berikutnya, PSG tidak bisa dihentikan. Hingga sekarang.

Memang, tidak selalu kekuatan uang dalam sepak bola berhasil. Uang ternyata tidak serta merta bisa ‘membeli piala’. Ada yang langsung berhasil di tahun ketika memulai investasi. Ada yang butuh beberapa tahun, ada pula yang harus menunggu selama bertahun-tahun, bahkan ada juga yang apes tidak bisa mendapatkan piala.

Ambil contoh Chelsea yang butuh dua tahun untuk jadi juara Liga Inggris 2005 sejak Roman Abramovich menggelontorkan duitnya ke klub London itu pada 2003. Manchester City butuh tiga tahun sejak beralih status jadi tim kaya pada 2008. Mereka baru juara Piala Liga (Carling Cup) di tahun 2011 dan setahun kemudian juara Premier League. Sementara Malaga cukup senang bisa finish di posisi empat pada musim 2011/12 dan lolos ke Liga Champions setelah mengumpulkan pemain tenar seperti Ruud van Nistelrooy, Julio Baptista, Joaquin Sanchez, Martin Demichelis dan Santi Cazorla.

Nah, PSG adalah contoh tim yang langsung tak perlu menunggu lama untuk meraih piala setelah digelontor duit berlimpah. PSG menjadi juara Ligue 1 Prancis musim 2012/13 setelah menunggu lebih dari satu dekade. Dengan kekuatan uang dari Qatar Investment Authority, PSG bisa membangun skuad impian. PSG melakukan apa yang diimpikan setiap klub dengan membeli Zlatan Ibrahimovic, Ezequiel Lavezzi, Javier Pastore, dan Thiago Silva. Plus dilatih pelatih top, Carlo Ancelotti.

Ketika Ancelotti pergi semusim kemudian dan digantikan Laurent Blanc, PSG nyatanya tetap digdaya. Hampir setiap musim, bintang-bintang top merapat ke Paris. Musim ini, giliran Angel Di Maria yang merapat ke tim berlambang menara eifel itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun