Mohon tunggu...
Hadi Santoso
Hadi Santoso Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Jurnalis.

Pernah sewindu bekerja di 'pabrik koran'. The Headliners Kompasiana 2019, 2020, dan 2021. Nominee 'Best in Specific Interest' Kompasianival 2018. Saya bisa dihubungi di email : omahdarjo@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Kegigihan Anik Sriwatiah Berdayakan Mantan PSK dan Mantan Mucikari Lokalisasi Dupak Bangunsari

30 Mei 2015   17:29 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:27 605
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="" align="aligncenter" width="600" caption="Bersama beberapa mantan PSk dan mantan mucikari, Anik mendirikn Rumah Kreatif Kembang Melati yang memproduksi handycraft. Salah satunya keset berkarakter yang menjadi andalan/foto pribadi penulis"][/caption]

“Saya meyakini, selama kita mau berusaha, Tuhan akan membukakan jalan”.

Kalimat itu diucapkan Anik Sriwatiah dengan suara bergetar. Seolah butuh keteguhan hati dan optimisme luar biasa untuk sekadar mengucap kalimat itu. Pandangan matanya menerawang. Memori ingatannya seperti kembali berputar, ke masa tiga tahun silam. Ketika dirinya harus berjuang keras untuk lepas dari jerat tipu daya kehidupan lokalisasi yang melenakan.

Anik adalah warga yang tinggal di kawasan Dupak Bangunsari, Kecamatan Krembangan, Surabaya, yang dulu pernah identik sebagai kawasan lokalisasi Dupak Bangunsari. Ibu rumah tangga berusia 41 tahun ini lantas berhasil melewati transisi hidupnya ketika lokalisasi yang dulu menjadi “kran penghasilannya” itu ditutup oleh Pemerintah Kota Surabaya.

Saya berkesempatan mampir ke rumah Bu Anik di Dupak Bangunsari Gang I nomor III dia sebuah siang pada pertengahan April lalu. Tidak sulit menemukan rumahnya di antara gang-gang yang beralaskan paving. Kala itu, dia sedang menjahit beberapa produk keset motif yang disebutnya sebagai keset berkarakter.

[caption id="attachment_386379" align="aligncenter" width="300" caption="Anik Sriwatiah, menunjukkan salah satu keset berkarakter yang ia buat di rumah nya/foto pribadi penulis"]

1432981357980269224
1432981357980269224
[/caption]

Ibu satu anak ini kemudian bercerita banyak hal tentang ikhtiarnya untuk mandiri dan upayanya mengajak para mantan pekerja seks komersial (PSK) dan para mantan mucikari untuk memberdayakan diri. Dulu, cukup lama, Anik ikut serta dalam putaran bisnis esek-esek itu. Dia bukan pelaku di bisnis haram itu, tapi hanya mengambil “berkah rezeki” dari keberadaan lokalisasi. Dia membuka warung tepat di seberang jalan masuk gang utama. Setiap hari, warungnya jadi jujugan tamu yang lalu lalang. Ada pelanggan yang makan, ada yang sekadar ngopi.

Ketika lokalisasi Dupak Bangun Sari “sedang jaya-jayanya”, pendapatan Anik luar biasa besar. Anik bercerita, dulu, hanya dalam sehari, dia bisa mendapatkan duit ratusan ribu rupiah. Bahkan, bila warungnya sedang ramai-ramainya, dia bisa mengantongi uang jutaan rupiah dalam sehari jualan. Dia sempat merasakan enaknya tinggal di kawasan lokalisasi. Bahwa, tidak perlu kerja keras. Sebab, duit akan datang dengan sendirinya tanpa perlu dicari. Kondisi nyaman itu sempat dirasakannya selama beberapa tahun.

Namun, lama-kelamaan, Anik rupanya risih dengan hidupnya sendiri. Nuraninya bicara, seperti berteriak memberitahukan bahwa dirinya sebenarnya tidak menginginkan lingkungan tempat tinggal yang seperti itu. Sebagai ibu dari seorang anak perempuan, dia tersadar, masa depan anaknya lebih penting. Dia paham, hidup di kawasan lokalisasi membuat anaknya berada dalam bahaya. Anaknya bisa terpengaruh banyak hal negatif dari apa yang dilihat dan didengar. Namun, dia belum bisa berbuat banyak karena memang mengandalkan sumber kehidupan dari situ.

Sampai ketika Pemkot Surabaya menutup lokalisasi tersebut pada 21 Desember 2012. Anik lantas menyuarakan nuraninya yang selama ini terpendam. Dia termasuk sedikit orang yang berani mendukung penutupan lokalisasi Dupak. Sementara kebanyakan tetangganya menentang penutupan karena khawatir sumber penghasilannya akan hilang setelah lokalisasi mati. Pilihan itu membuatnya sempat dimusuhi tetangganya. Dia dicap sok suci.

Dan lokalisasi yang katanya telah menjadi sandaran hidup warga itu pun benar-benar ditutup oleh pemerintah. Kawasan itu dinyatakan terlarang bagi praktik prostitusi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun