Mohon tunggu...
Hadi Santoso
Hadi Santoso Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Jurnalis.

Pernah sewindu bekerja di 'pabrik koran'. The Headliners Kompasiana 2019, 2020, dan 2021. Nominee 'Best in Specific Interest' Kompasianival 2018. Saya bisa dihubungi di email : omahdarjo@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Enam "Inspirasi Sunyi" dari Panggung Copa America 2016

1 Juli 2016   14:09 Diperbarui: 1 Juli 2016   14:19 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saya meyakini bila sepak bola itu bukan sebatas tontonan. Ia bukan hanya soal menang kalah. Lebih dari itu, ia membungkus kisah kehidupan. Apa-apa yang dialami manusia, juga terjadi di sepak bola. Eks striker Timnas Inggris, Gary Lineker pernah menyebut sepak bola itu contoh nyata betapa kehidupan kadang berada di atas dan sebentar saja sudah di bawah. “Football is the glorious example of the ups and down of life,” ujarnya.

Di sepak bola juga terselip inspirasi sunyi kehidupan. Sunyi karena tak semua orang bisa melihat inspirasi itu. Filsuf Prancis, Albert Camus mengatakan, ia belajar dari sepak bola dalam hal tanggung jawab akan tugas. Bahwa di lapangan, tak ada pemain bermalas-malasan. Mereka rajin berlari dan gerakannya terarah. Pemain bola sadar, waktu mereka terbatas karena ketika peluit berbunyi di akhir laga, tak ada lagi yang bisa mereka lakukan.

Dan, Copa America 2016 yang berlangsung di Amerika Serikat pada 3-26 Juni lalu, bak ‘panggung besar’ yang menghadirkan beragam kisah manusia. Ada banyak inspirasi sunyi yang terselip selama gelaran Copa America ke-100 tahun ini. Kesunyian inspirasi itulah yang coba saya tangkap dan merangkumnya dalam tulisan ini.  

1. Seperti Chile, Nikmatilah Status “Tak Dilihat”

Ketika Chile menghadapi Argentina di final Copa America 2016 pada Senin (27/6) pagi waktu Indonesia, saya haqqul yakin ada lebih banyak orang menggunggulkan Argentina. Tidak banyak yang mengira Chile akan bisa juara.

Ada banyak orang yang sudah “tersihir” pesona Argentina. Tersihir oleh catatan wow Argentina yang selalu menang di lima laga Copa America 2016 dengan bikin 18 gol dan hanya kemasukan dua gol. Plus penampilan apik Lionel Messi. Juga, fakta Argentina telah mengalahkan Chile 2-1 di fase grup. 

Namun, banyak yang lupa, Chile adalah juara bertahan Copa America 2015 dengan mengalahkan Argentina via adu penalti. Banyak yang lupa, Chile bukanlah Amerika Serikat atau Venezuela, tim yang dengan mudah dikalahkan Argentina di babak knock out sebelumnya.

Dan yang terjadi, Chile yang tak diunggulkan juara, tampil kokoh bak karang. Argentina dibuat kikuk oleh pressing ketat dan serangan balik cepat yang efektif. Leo Messi pun dibuat mati gaya oleh pengawalan dua hingga tiga pemain. Motivasi untuk tidak dikenang sebagai “juara bertahan Copa America terburuk yang pernah ada” (karena hanya juara satu tahun), membuat Chile yang bermain 10 orang sejak menit 28, bisa mengimbangi Argentina. Dan ketika juara ditentukan via adu penalti, pemain-pemain Chile terlihat lebih siap dari pemain-pemain Argentina yang dari ekspresi muka nya, terlihat terbebani “harus juara”.  

Ya, sukses Chile menjuarai Copa America 2016, mengajari kita bahwa status unggulan, itu hanyalah di atas kertas. Hasilnya belum tentu sama. Justru, ketika dalam posisi diremehkan dan “tidak dilihat”, kita bisa leluasa membuat kejutan. Serta, termotivasi untuk membuktikan bahwa kita layak mendapatkan pengakuan yang sama. Itulah yang diperlihatkan Chile.

Alexis Sanchez cs lebih punya motivasi jadi juara/Daily Mail
Alexis Sanchez cs lebih punya motivasi jadi juara/Daily Mail
Dalam hal ini, saya suka mengutip pernyataan CEO Air Asia yang ketika di masa awal membangun bisnis maskapai penerbangannya itu diremehkan orang dan bahkan dianggap gila karena bisnis penerbangan tengah lesu paska kejadian 9/11. “Saya suka menjadi underdog, ditertawai orang lain. Saya menyukai tantangan untuk membuktikan bahwa pendapat orang lain itu salah. Percayalah pada yang tidak bisa dipercaya. Bermimpilah pada yang mustahil”.

2. Membumi itu Lebih Baik dari Melangit

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun