Bahkan, harus diakui, mereka lolos ke Piala Asia 2022 karena 'terbantu' mundurnya Irak dan Korea Utara di fase kualifikasi.
Meski, kita tidak boleh menutup mata dengan dua kali kemenangan yang diraih tim putri Indonesia atas Singapura di fase kualifikasi yang membawa Indonesia ke putaran final. Itu harus diapresiasi.
Namun, tim putri Indonesia masih nol pengalaman di turnamen ini. Dan itu sangat terlihat ketika menghadapi Australia yang meski baru tampil 8 kali, tetapi mereka rutin tampil sejak 2006. Bahkan, sejak 2006 itu, Australia punya rapor istimewa.
Mereka jadi juara di edisi 2010 yang merupakan gelar pertama. Lalu menjadi runner-up di edisi 2006, 2014, dan 2018. Pencapaian 'paling buruk' hanyalah semifinalis di edisi 2008.
Karenanya, secara pengalaman, pemain-pemain Australia sudah punya pengalaman 'level dewa'. Sebaliknya, Zahra dan kawan-kawan baru kali ini tampil di Piala Asia. Dan itu jelas berdampak pada semuanya. Utamanya mental tanding.
Ketiga alasan itu rasanya cukup mewakili penyebab kekalahan Timnas putri Indonesia dari Australia. Meski saya yakin, sampeyan (Anda) mungkin punya versi sendiri.
Tapi yang pasti, ada blessing in disguise alias berkah terselubung dari kekalahan paling buruk yang dialami tim putri Indonesia sepanjang penampilan di Piala Asia putri ini.
Pesan perihal pentingnya memiliki kompetisi reguler sebelum tampil di turnamen sekelas Piala Asia. Sehingga, pemain-pemain sudah siap lahir batin ketika tampil.
Dan yang terpenting sekarang, pemain-pemain tim putri Indonesia tidak boleh drop dengan kekalahan telak dari Australia. Sebab, ini baru awalan.
Tim putri Indonesia masih punya dua pertandingan. Berikutnya melawan Thailand, Senin (24/1) dan meladeni Filipina pada 27 Januari nanti.
Tadi malam, kejutan terjadi saat Thailand dikalahkan Filipina 0-1. Itu artinya, Indonesia masih punya peluang melawan Thailand. Apapun masih bisa terjadi.