Tanpa saya sadari, kesenangan berkebun itu ternyata menular.
Dari beberapa kali mampir ke rumah teman itu yang memang tidak jauh dari rumah saya, lalu melihat betapa asyiknya teman itu berkebun, saya lantas mengikuti jejaknya.
Saya juga tergoda untuk berkebun. Ingin menyulap sedikit ruang kosong di depan rumah menjadi etalase beberapa tanaman.
Jadilah saya sering berkunjung ke tempat penjual tanaman. Memilih aneka tanaman lantas membeli beberapa tanaman yang disuka.
Tidak harus yang harganya mahal seperti tanaman koleksi teman itu. Tidak ada Aglaoenema apalagi Monstera.
Saya memilih tanaman yang 'ramah kantong'. Murah-murah saja. Lha wong saya nggak dapat pesangon dari kantor. Di antaranya Siri Gading, Melati, Lidah Mertua, Khalifa, Jeruk Lemon dan Lemon Cui, Sansevieira mungil, Soka, juga Ekor Kuda.
Ternyata, aktivitas berkebun bisa ikut mendukung kesehatan badan selama masa pandemi. Sebab, berkebun membuat kita tidak mager. Bahkan, kita bisa berjemur sinar matahari sembari menata taman. Itu yang acapkali saya lakukan.
Usai membeli beberapa tanaman, pot, dan media tanah yang dibungkus, saya lantas asyik meracik mereka di bawah guyuran sinar matahari. Sekitar jam 9-an.
Saking asyiknya menanam beberapa tanaman dan menata taman kecil di depan rumah, saya bisa melakukannya sekitar satu jam. Setelahnya, badan segar. Berkeringat. Juga puas memandangi hasil berkebun.
Bertanam ternyata bisa member kegembiraan. Berkebun yang menghadirkan keriangan itu tentunya bisa meningkatkan imunitas. Dan itu bagus demi menjaga badan tetap kesehatan.
Punya aktivitas menyenangkan bareng istri