Mohon tunggu...
Hadi Santoso
Hadi Santoso Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Jurnalis.

Pernah sewindu bekerja di 'pabrik koran'. The Headliners Kompasiana 2019, 2020, dan 2021. Nominee 'Best in Specific Interest' Kompasianival 2018. Saya bisa dihubungi di email : omahdarjo@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Artikel Utama

Memaknai "Promosi Sepatu" Greysia Polii ke Presiden Jokowi

14 Agustus 2021   07:20 Diperbarui: 14 Agustus 2021   18:04 1216
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Presiden Joko Widodo menerima kontingen Olimpiade Tokyo 2020 di Istana Bogor, Jawa Barat, (13/8/2021). (Kompas.com/Fitria Chusna Farisa)

Inilah makna pertama dari momen 'pembubaran' kontingen Indonesia di Olimpiade 2020. Bahwa, pemerintah tidak menutup mata terhadap prestasi dan kerja keras mereka. Perjuangan mereka diapresiasi. Keringat mereka dihargai.

Memang, bonus yang diberikan pemerintah tersebut tidak akan bisa dipakai untuk biaya hidup sepanjang usia. Namanya uang akan habis. Namun, setidaknya, para atlet jadi punya tabungan yang bisa mereka simpan atau diberdayakan untuk bekal hari tua.

Ini menjadi pesan bagus, utamanya bagi generasi muda yang bercita-cita menjadi atlet. Bahwa, menjadi atlet, apabila berprestasi, apalagi bisa tampil di Olimpiade, masa depan mereka akan terjamin.

Tentu saja, kuncinya adalah prestasi. Sebagai atlet, bila ingin diapresiasi pemerintah, ya harus menunjukkan prestasi dulu. Dan, prestasi tidak akan bisa diraih tanpa kerja keras berlatih, disiplin, dan punya motivasi berhasil.

Mungkin ada dari kita yang berpikir 'genit', bahwa dari 28 atlet Indonesia, hanya beberapa saja yang bisa meraih medali di Olimpiade Tokyo 2020. Betul.

Namun, terlepas dari 28 atlet Indonesia yang berlaga di Olimpiade belum semuanya bisa meraih medali, tetapi bisa terpilih tampil di Olimpiade adalah sebuah pencapaian tertinggi.

Sebab, jalan menuju tampil di Olimpiade dan bertanding/berlomba dengan ribuan atlet dari seluruh dunia tidaklah mudah. Ada syaratnya. Ada kualifikasinya.

Semisal di bulutangkis, seorang pebulutangkis harus bersaing dengan puluhan bahkan ratusan pebulutangkis lainnya demi menempati ranking atas dalam kualifikasi "race to olympic" bila ingin mendapat 'tiket' tampil ke Olimpiade.

Seperti Greysia Polii, siapkan masa pensiun

Perihal masa depan yang terjamin ini, penting bagi seorang atlet untuk berpikir mempersiapkan diri menyambut periode ketika mereka pensiun menjadi atlet.

Sebab, bagaimanapun, 'masa kerja' atlet itu terbatas. Dibatasi usia. Performa. Bahkan, cedera bisa memaksa mereka gantung sepatu, gantung raket, atau pensiun lebih cepat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun