Mohon tunggu...
Hadi Santoso
Hadi Santoso Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Jurnalis.

Pernah sewindu bekerja di 'pabrik koran'. The Headliners Kompasiana 2019, 2020, dan 2021. Nominee 'Best in Specific Interest' Kompasianival 2018. Saya bisa dihubungi di email : omahdarjo@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Raket Artikel Utama

Tangan Dingin Eng Hian, "Perjodohan" Greysia/Apriyani, dan Medali Emas Olimpiade

3 Agustus 2021   15:23 Diperbarui: 3 Agustus 2021   20:04 1818
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ganda putri Indonesia, Greysia Polii/Apriyani Rahayu meluapkan kegembiraan bersama sang pelatih ganda putri, Eng Hian, saat berhasil menang di laga semifinal Olimpiade Tokyo 2020. (Foto: Kompas.com/NOC Indonesia)

Sukses itu juga memacu pasangan ganda putri pelatnas lainnya, Rizki Amelia Pradipta/Della Destiara Harris. Mereka juara du Dutch Open, 15 Oktober 2017 usai mengalahkan rekan senegara, Anggia Shitta Awanda/Ni Ketut Mahadewi.

Gelar di Thailand itu juga memberi pesan, bahwa Greysia dan Apriyani yang baru dipasangkan, punya prospek bagus.

Nyatanya, mereka menutup tahun 2017 dengan gelar juara di French Open, 29 Oktober 2017. Itu gelar yang lebih bergengsi dibandingkan di Thailand. Sebab, itu turnamen BWF Superseries.

Di sinilah hebatnya coach Eng Hian. Dia tidak punya mantra avrakadabra dalam memoles anak muda dan pemain senior sehingga bisa cepat meraih gelar. Tapi, dia punya kesabaran, ketegasan, dan jiwa ngemong.

Sebab, kesulitan memadukan pemain senior dan anak muda itu nyata terjadi. Bukan sekadar pengandaian. Di masa awal berpasangan, Greysia-Apriyani tidak langsung klop.

Hal itu diuangkap oleh mantan pemain ganda putri Pelatnas, Ni Ketut Mahadewi Istarani di akun Instagramnya. Ni Ketut yang semasa bermain juga dikenal enerjik dan mau capek di lapangan seperti halnya Greysia dan Apri, menyebut dirinya jadi saksi bagian dari proses emas yang mereka lewati dan banyak orang yang tidak tahu.

"Satu jiwa muda yang awalnya masih susah di atur yang masih harus dijaga, tapi sangat cepat berubah menjadi anak yang sangat penurut dan satu lagi jiwa yang berpikirnya sangat matang untuk melakukan sesuatu dan sangat protektif menjaga. Tentunya awal disatukan itu tidak nyaman. Namanya dua isi kepala yang berbeda ya butuh proses untuk disatukan," tulisnya.

Namun, juara Rusia Open 2019 bersama Tania Oktaviani mengaku Greysia dan Apriyani sejak awal punya satu visi misi, punya ambisi yang sama. Karena itu, dia yakin, mereka akan berjaya tinggal menunggu waktunya.  

"Hari ini kalian pulang membawa medali Emas Olimpiade, se-Indonesia raya bangga dan aku bersyukur atas kesabaran kalian! Love," sambung Ni Ketut dikutip dari akun Instagramnya.

Pengalaman Eng Hian di Olimpide 'menular' ke Greysia/Apriyani

Ya, kata kuncinya adalah 'butuh proses untuk disatukan'. Dan, dari beberapa upaya  proses 'menjodohkan pemain' ini, hasilnya ada dua kemungkinan. Berhasil atau gagal. Bergantung pada sosok pelatih yang menyatukan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Raket Selengkapnya
Lihat Raket Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun