Akhir Juli lalu, dalam sebuah forum virtual, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf), Wishnutama Kusubandio menyebut pariwisata merupakan sektor yang paling terdampak dari pandemi Covid-19.
Pak Menteri Parekraf menyebut jumlah wisatawan yang berkunjung ke Indonesia bukan saja berkurang, tapi hampir tak ada sama sekali.
"Pariwisata bukan berkurang, tapi nyaris nol," ujarnya seperti dikutip dari okezone.com.
Wishnutama lantas memaparkan data. Di tahun 2019, dia menyebut jumlah wisatawan yang berkunjung ke Indonesia dari luar negeri ada sebanyak 16 juta pengunjung. Mereka memberikan devisa kepada negara sebesar USD 20 miliar.
Bagaimana di tahun 2020 ini?
"Bisa berpotensi hilang. Ini mempunyai dampak perekonomian yang luar biasa," sambung dia.
Sebelumnya, pada akhir April lalu, melansir dari antaranews.com, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto setelah rapat terbatas virtual yang dipimpin Presiden Joko Widodo dengan topik mitigasi dampak Covid-19 terhadap sektor ketenagakerjaan (30/4), menyebut pariwisata menjadi sektor yang paling utama terdampak wabah virus ini.
Airlangga menyebut dampaknya sekitar 70 persen untuk pariwisata dan restoran. Bahkan, dari sisi ketenagakerjaan termasuk SDM pariwisata di dalamnya, jumlah tenaga kerja yang dirumahkan mencapai satu juta lebih. Kemudian yang di-PHK 375.000 sehingga total yang dirumahkan mencapai 1,4 juta pekerja.
Sebenarnya, apa yang membuat pariwisata menjadi salah satu sektor yang paling terdampak pandemi Covid-19?
Rendahnya kepercayaan wisatawan (lack of trust) disebut menjadi salah satu penyebabnya. Penurunan kepercayaan wisatawan akibat Covid-19 sebenarnya tidak hanya terjadi di Indonesia, tetapi di seluruh negara di dunia.
Lalu, bagaimana memulihkan sektor pariwisata akibat pandemi ini?