Mohon tunggu...
Hadi Santoso
Hadi Santoso Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Jurnalis.

Pernah sewindu bekerja di 'pabrik koran'. The Headliners Kompasiana 2019, 2020, dan 2021. Nominee 'Best in Specific Interest' Kompasianival 2018. Saya bisa dihubungi di email : omahdarjo@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Strategi "Gila" Guardiola dan Mentalitas City yang Tak Berubah

16 Agustus 2020   11:01 Diperbarui: 16 Agustus 2020   13:38 563
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Manchester City gagal melaju ke semifinal usai dikalahkan Lyon 1-3 di perempat final Liga Champions, Minggu (16/8) dini hari tadi. Guardiola belum mampu mengubah City ketika tampil di Eropa. Foto: https://www.standard.co.uk/

Pertandingan memasuki menit ke-86, Manchester City tertinggal 1-2 dari Olympique Lyon. City menyerang. Bola lantas bergulir kencang ke depan gawang Lyon, mengarah ke Raheem Sterling yang tak terkawal.

Normalnya, itu mudah saja bagi Sterling yang musim ini mencetak 20 gol di Liga Inggris. Yang terjadi, bola yang tinggal didorong itu, malah ditendangnya melambung ke atas gawang Lyon. Entah apa yang terjadi dengan Sterling.

Padahal, andai itu jadi gol, City bisa menyamakan skor dan sangat mungkin laga akan berlanjut ke masa perpanjangan waktu. Yang terjadi kemudian, City merasakan pahitnya salah satu 'filosofi' di sepak bola. Bahwa, "if you don't take your chance then you get punished".

Ya, semenit berselang, lewat serangan balik, di menit ke-87, Lyon mencetak gol ketiganya lewat Moussa Dembele.

Lyon pun menutup laga perempat final Liga Champions, Minggu (16/8) dini hari tadi tersebut dengan kemenangan 3-1.  Lyon lolos ke semifinal.

Padahal, sebelum pertandingan, Manchester City-lah yang lebih diunggulkan untuk lolos. Penampilan apik saat mengeliminasi Real Madrid di babak 16 besar, membuat City diyakini bisa melewati Lyon dan menantang Bayern Munchen di semifinal.

'Strategi aneh' Guardiola

Lalu, mengapa Manchester City malah tersingkir?

Ada beberapa alasan yang layak dikemukakan. Salah satu yang paling menjadi sorotan adalah strategi yang dipakai pelatih Manchester City, Pep Guardiola.

Tanpa diduga, Guardiola menerapkan 'strategi aneh' 3-1-4-2 dengan hanya memainkan tiga bek. Bahkan, dia memainkan bek asal Spanyol, Eric Garcia yang baru berusia 19 tahun sebagai centre back dengan didampingi Fernandinho dan Aymeric Laporte. Ketika melawan Real Madrid di leg II, Garcia tidak ikut bermain.

Dengan masuknya Garcia, Guardiola mengorbankan Phil Foden. Dia juga mendorong dua pemain bek sayap (full back), Joao Cancelo dan Kyle Walker agak maju ke depan mendampingi Kevin De Bruyne dan Ilkay Gundogan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun