Mohon tunggu...
Hadi Santoso
Hadi Santoso Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Jurnalis.

Pernah sewindu bekerja di 'pabrik koran'. The Headliners Kompasiana 2019, 2020, dan 2021. Nominee 'Best in Specific Interest' Kompasianival 2018. Saya bisa dihubungi di email : omahdarjo@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Kelas Daring, Internet Putus, dan Kita yang Mudah Marah karena Urusan "Receh"

27 Juli 2020   15:52 Diperbarui: 30 Juli 2020   14:33 698
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Seorang siswa tengah menonton tayangan TVRI secara streaming.(KOMPAS.com/RENI SUSANTI)

Namun, banyak orang terkadang sering melupakan tugasnya itu. Karena orang sudah terbawa emosi, petugas customer service itu pun jadi sasaran kemarahan.

Dulu, istri saya ketika zaman belum menikah, dia pernah bekerja sebagai customer service di tempat pemesanan tiket pesawat. Dia bercerita seringkali menerima telepon dari customer sembari marah-marah, memaki-maki, bahkan misuh-misuh.

Karenanya, ketika istri saya yang mencoba menanyakan masalah jaringan internet ke customer servicenya, saya sempat tertegun dengan caranya dalam melakukan komplain. Cara bicaranya kalem dan santun. Padahal, sebagai pelanggan, jelas kami merugi dengan kejadian ini.

Seusai telepon, kami lantas berbincang perihal detail dari jawaban pihak pelayanan pelanggan itu. Istri saya lantas memungkasi percakapan kami dengan kalimat hebat.

"Banyak orang yang kadang kehilangan adab bicara ketika menyampaikan komplain. Mereka marah dan menyumpah. Tidak ada lagi respek kepada orang lain. Padahal, yang menerima telepon lho berbicara sopan. Mereka juga tugasnya hanya menampung keluhan, bukan pihak yang menyelesaikan keluhan," ujar istri saya.

Pernah berada di posisi sebagai customer service memang membuatnya bisa lebih berempati dengan petugas customer service. Caranya dalam menyampaikan keluhan memang cukup berkelas.

Menurutnya, ada banyak orang yang menilai dirinya terlalu tinggi sehingga meminta dihargai dan ditinggikan oleh orang lain. Sayangnya, mereka kurang bisa menghargai orang lain.

Benar. Memang wajar ketika kita kesal karena merasa dirugikan imbas tidak mendapatkan pelayanan yang seharusnya. Namun, bukan berarti itu menjadi alasan bagi kita untuk memaki orang lain.

Apa iya dengan memaki orang lain lantas kita jadi lega dan pelayanan kembali normal? Bagaimana bila sampean berada di posisi mereka yang menerima makian?

Jangan mendahulukan emosi

Sebenarnya, dalam urusan ini, yang kita butuhkan hanya informasi mengapa sampai bisa terjadi gangguan dan berharap bisa segera kembali normal. Kita ingin tahu apa masalahnya dan bagaimana solusinya. Itu saja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun