Mohon tunggu...
Hadi Santoso
Hadi Santoso Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Jurnalis.

Pernah sewindu bekerja di 'pabrik koran'. The Headliners Kompasiana 2019, 2020, dan 2021. Nominee 'Best in Specific Interest' Kompasianival 2018. Saya bisa dihubungi di email : omahdarjo@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Mario Balotelli, Pemain Super yang Kini Ambyar karena SARA

5 Juni 2020   22:16 Diperbarui: 6 Juni 2020   10:44 1189
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mario Balotelli, dulu dianggap calon bintang besar, kini kariernya ambyar di Brescia. Salah satunya karena bad attitude dan juga seringkali jadi korban SARA | Foto: EPA-EFE/Simone Venezia via The Independent

Tercatat, di musim 2019/20 ini, Balo sudah dua kali dilecehkan ketika pertandingan dikarenakan warna kulitnya. Pada 3 November lalu, ketika melawan Hellas Verona, Balo jadi korban chant rasis fans Verona.

Karena kesal, di menit ke-54, dia lantas mengambil bola, lantas ditendangnya ke arah suporter. Dia sempat ingin walk off dari lapangan. Namun, karena bujuk rayu pemain-pemain lainnya, dia kembali ke lapangan.

Di awal tahun, ketika menghadapi Lazio pada 5 Januari, Balo kembali jadi sasaran nyanyian rasis dari fans tim asal ibu kota Italia itu. Balo lantas melancarkan serangan di sosial medianya. Fans Lazio dinyatakan bersalah dan didenda.

Acapkali jadi korban rasisme itulah yang menjadi salah satu penyebab Balotelli tidak mampu kembali bersinar. Ketika ada oknum suporter bertindak rasial, Balo kehilangan kontrol dirinya di lapangan. Imbasnya, dia tidak bisa fokus bermain.

Memang, ada yang bilang, aksi rasial suporter itu bukan hanya dipicu karena rasis. Tetapi juga disebabkan karena banyak suporter tidak suka dengan gaya Balotelli yang dianggap "sok" star syndrome ataupun tindakan tidak disiplinnya.

Namun, bila seperti itu, pertanyaannya, mengapa pemain-pemain bad boys di lapangan yang berkulit terang, tidak banyak yang menjadi korban rasis. Mengapa harus Balotelli. Seperti kata ucapannya yang dulu terkenal "why always me?".

Bagaimanapun, aksi rasial apapun alasannya, tidak dibenarkan ada di sepak bola. Meski, aksi rasis itu sulit diberangus. Terlebih untuk pemain dengan karakter Balotelli yang memang tidak seperti Baggio yang disayang banyak orang.

Bagi fans yang klubnya sedang bertanding dengan Brescia, mereka jadi punya "senjata darurat" untuk melemahkan Brescia. Caranya dengan mengganggu fokus Balotelli di lapangan.

Pada akhirnya, untuk melenyapkan aksi rasisme dari lapangan bola, itu menjadi tugas bersama. Utamanya dari Federasi Sepak Bola Italia (FIGC). Caranya bisa dengan memberikan sanksi tegas bagi pelaku rasisme.

Sementara untuk Balo, terlepas dari komitmennya untuk bermain bola yang harus diperbaiki, dia juga perlu belajar menjadi santun di lapangan. Pengalaman menjadi "anak nakal" yang membuatnya banyak tidak disuka, seharusnya menjadi pelajaran.

Di usianya yang masih berusia 29 tahun--12 Agustus 2020 nanti genap 30 tahun--Balo tentunya tidak ingin pensiun cepat karena tidak ada klub yang berkenan mengontraknya. Amat disayangkan bila potensi besarnya lenyap karena tidak mau berubah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun