Karena memang, untuk mem-foto copy apa-apa yang sudah menjadi gayanya Taufik, rasanya mustahil. Justru, Ginting dan Jojo harus berusaha meraih medali emas dengan cara main mereka sendiri.
Masih ada waktu setahun sebelum tampil di Olimpiade tahun depan. Selama itu, yang bisa dilakukan Ginting dan Jojo adalah terus mengasah cara main, ketenangan, serta mentalitas dalam bermain. Termasuk juga meningkatkan ketahanan fisik.
Sebab, dengan kemampuan teknik yang nyaris setara dengan lawan-lawannya, sangat mungkin pertandingan bulutangkis di Olimpiade nanti akan ditentukan dengan rubber game (tiga game).
Tim pelatih juga masih punya waktu kurang lebih satu tahun untuk membenahi apa saja yang menjadi kekurangan dari dua tunggal putra andalan Indonesia ini.
Selama ini, sisi minus yang paling mencolok dari Ginting dan Jojo adalah konsistensi permainan mereka. Keduanya bisa tampil luar biasa dalam satu turnamen. Namun, di turnamen berikutnya malah tampil amburadul.
Ambil contoh penampilan mereka di All England Open 2020 pada Maret lalu yang menjadi turnamen bulutangkis yang digelar sebelum dihentikan karena pandemi. Keduanya tampil ouf of expectation. Di luar harapan.
Ginting dan Jojo yang menjadi unggulan 4 dan 6, malah langsung kandas di putaran pertama. Padahal, pada pertengahan Januari 2020, Ginting tampil jadi juara di Indonesia Masters. Dalam perjalanan menuju podium juara, dia sempat mengalahkan Viktor Axelsen yang jadi juara All England 2020.
Artinya, menjadi masalah serius mengapa penurunan penampilannya sampai sebegitu besar. Semisal Ginting dan Jojo terhenti di semifinal atau final, pecinta bulutangkis mungkin masih bisa memaklumi.
Khusus untuk Jojo, tim pelatih juga harus memoles mental tandingnya agar tidak gampang drop. Ketika Indonesia menjadi juara Kejuaraan Beregu badminton Asia 2020 di Filipina pada pertengahan Februri lalu, Jojo tampil tidak seperti dirinya.
Dia kalah tiga kali dari lawan-lawan yang seharusnya bisa dia kalahkan. Ketika melawan Korea di fase grup, dia kalah dari Son Wan-ho yang baru pulih dari cedera panjang. Lalu di semifinal melawan India, Jojo kalah straight game dari pemain 18 tahun, Lakshya Sen.
Dan di final melawan Malaysia, Jojo yang seharusnya menjadi penentu kemenangan Indonesia di laga ketiga, malah kalah dari pemain tak terkenal, Cheam June Wei.