Bagi yang belum pernah berbelanja di sana, cara menata barang dagangannya yang rapi, memang menarik orang untuk belanja. Semisal penempatan sayur-sayuran, ikan, tempe tahu, jamur, bumbu, ditata rapi dan enak dilihat.
Sayuran yang dijual pun masih terlihat segar. Tidak layu. Apalagi, harganya juga standar. Bahkan ada yang bilang lebih murah. Penjualnya dalam melayani pembeli juga ramah.
Karenanya, tidak mengherankan, meski di sebelah-sebelahnya juga ada pesaing yang berjualan dagangan serupa, toko sayur mereka lebih diminati orang. Pembelinya pun bukan hanya mereka yang tinggal di dekat situ. Dari seberang desa pun ada.
Mari belajar jujur di lapak tukang sayur
Namun, terlepas dari keramahan suami istri penjual sayur itu dan juga segala usahanya mengatur lapak sayurnya dikunjungi banyak orang, ada saja orang yang 'hatinya busuk'. Busuk karena tega memanfaatkan keriuhan aktivitas di lapak sayur itu demi keuntungan sendiri.
Entah bagaimana ceritanya, sebelum dagingnya diambil, dia malah menaruhnya di lapak. Tidak menaruh di mesin pendingin sembari menunggu orangnya datang. Mungkin karena orangnya yang mengambil segera datang. Mungkin juga tidak menyangka bila ada kejadian seperti itu.
Lain waktu, dulu pernah ada orang yang membayar dengan menggunakan uang kertas palsu. Karena memang melayani banyak pembeli di waktu bersamaan, dia jadi abai memeriksa uang yang didapatnya.
Tetapi memang, dengan kondisi lapaknya yang ramai dan berada di seberang jalan, itu menjadi kesempatan bagi mereka yang punya niat buruk untuk melancarkan aksinya.
Semisal mengambil barang yang diinginkan lantas mendadak kabur tanpa membayar, mungkin tidak ketahuan. Karena penjualnya memang tidak bisa mengamati satu demi satu pembelinya.
Tapi ya, kok tega, tidak jujur di tempat jualan sayur. Kok tega mencuri barang yang akan dikonsumsi untuk makan sehari-hari.