Mohon tunggu...
Hadi Santoso
Hadi Santoso Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Jurnalis.

Pernah sewindu bekerja di 'pabrik koran'. The Headliners Kompasiana 2019, 2020, dan 2021. Nominee 'Best in Specific Interest' Kompasianival 2018. Saya bisa dihubungi di email : omahdarjo@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Mengurai Beberapa PR Pemerintah dalam Pemberian Bantuan Sosial

14 Mei 2020   10:24 Diperbarui: 15 Mei 2020   11:22 607
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Penerima bantuan Sosial | KOMPAS/BAHANA PATRIA GUPTA

Status Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) telah diterapkan di berbagai kota/kabupaten di Indonesia. Termasuk di wilayah Surabaya Raya (Kota Surabaya, Kabupaten Sidoarjo dan Kabupaten Gresik) yang sejak 12 Mei kemarin memasuki periode kedua.

Selama berlangsungnya PSBB, pemerintah telah menyalurkan sejumlah bantuan sosial (bansos) untuk warga terdampak wabah Covid-19 yang memang layak mendapatkan bantuan. Utamanya bagi mereka yang masuk dalam program keluarga harapan (PKH) dan masyarakat berpenghasilan rendah (MBR).

Pemerintah juga memberikan bantuan langsung tunai (BLT) yang diberikan senilai Rp 600.000/keluarga. Adapun penerima BLT adalah masyarakat yang belum mendapatkan manfaat dari Kartu Sembako, Program Keluarga Harapan (PKH), dan juga Kartu Pra Kerja dan berada di luar wilayah Jabodetabek.

Potret warga masih berkerumun saat mengantre mendapatkan bantuan sosial di kantor kecamatan. Ini menjadi PR bagi pemerintah daerah agar bantuan yang diberikan tetap selaras dengan protokol kesehatan. Salah satunya agar tidak berkerumun di masa pandemi/Foto: sidoarjonews.id
Potret warga masih berkerumun saat mengantre mendapatkan bantuan sosial di kantor kecamatan. Ini menjadi PR bagi pemerintah daerah agar bantuan yang diberikan tetap selaras dengan protokol kesehatan. Salah satunya agar tidak berkerumun di masa pandemi/Foto: sidoarjonews.id
Tentu saja, dalam situasi sulit seperti sekarang, pemberian bantuan sosial dan BLT tersebut ditunggu-tunggu oleh masyarakat. Bagi mereka yang menerima, bantuan tersebut seperti 'oase di tengah padang pasir'. Datang di saat yang sangat tepat.

Hanya saja, pemberian bantuan sosial itu masih memunculkan beberapa 'pekerjaan rumah' (PR) bagi pemerintah selaku pemberi bantuan. Di media arus utama maupun media sosial, kita bisa dengan mudah mendapati informasi dan kabar kusut dalam penyerahan bansos ini. Dan itu tidak hanya terjadi di satu daerah.

Pendek kata, ada beberapa PR bagi pemerintah yang harus terus diupayakan untuk dicarikan solusinya. Salah satu yang utama adalah perihal data penerima bantuan yang masih amburadul sehingga menyebabkan bantuan kurang tepat sasaran.

Di Surabaya, sejumlah warga Surabaya yang telah meninggal, disebut masih masuk dalam daftar penerima bantuan sosial (bansos) berupa sembako dan bantuan langsung tunai (BTL) dari pemerintah selama pandemi virus corona baru atau Covid-19.

Melansir dari Kompas.com, Ketua RW di Kecamatan Simokerto, Surabaya, mengadukan bahwa ada 15 nama warga di RW-nya yang sudah meninggal dunia namun namanya masih masuk penerima bantuan sosial.

Termasuk adanya laporan warga yang tidak mendapatkan sembako padahal masuk dalam MBR. Meski, pihak RW setempat sudah melaporkan pembaharuan data warga yang meninggal ke Pemkot Surabaya pada Februari 2020. (Sumber)

Sementara di Kabupaten Sidoarjo, imbas bantuan yang dinilai belum tepat sasaran, beberapa warga yang kurang mampu tetapi tidak mendapatkan bantuan sosial dari pemerintah, melakukan protes lewat 'cara baru'. Mereka tidak melapor ke gedung dewan ataupun ke dinas terkait. Mereka punya cara sendiri.

Mereka menggunggah protes melalui rekaman video yang lantas diposting di media sosialnya. Dalam video tersebut, mereka bercerita perihal kondisi mereka yang kurang mampu tapi tidak pernah mendapatkan bantuan. Mulai dari bantuan Program Keluarga Harapan (PKH), BPNT, kartu sembako, kartu prakerja, BLT hingga bantuan sembako bagi warga yang terdampak pandemi covid-19. 

Nah, yang menarik, mereka merasa sebenarnya sudah menanyakan masalah tersebut ke perangkat desa. Namun, mereka tidak mendapatkan jawaban memuaskan. Perangkat desa yang ditanya hanya menjawab  bila datanya 'dari atas' dan tidak bisa diubah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun