Mohon tunggu...
Hadi Santoso
Hadi Santoso Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Jurnalis.

Pernah sewindu bekerja di 'pabrik koran'. The Headliners Kompasiana 2019, 2020, dan 2021. Nominee 'Best in Specific Interest' Kompasianival 2018. Saya bisa dihubungi di email : omahdarjo@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Raket Artikel Utama

Baik-Buruk Penundaan Olimpiade bagi Bulu Tangkis Indonesia

7 April 2020   16:30 Diperbarui: 9 April 2020   08:55 354
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ganda putra Indonesia Kevin Sanjaya Sukamuljo dan Marcus Fernaldi Gideon saat melawan ganda putra Indonesia Mohammad Ahsan dan Hendra Setiawan dalam final Blibli Indonesia Open 2019 di Istora Gelora Bung Karno, Jakarta, Minggu (21/7/2019). (KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG)

Keputusan Komite Olimpiade Internasional untuk menunda penyelenggaraan Olimpiade Tokyo 2020 ke tahun depan akibat wabah Covid-19, jelas berdampak besar bagi insan olahraga di dunia. Termasuk bagi Indonesia.

Dampak yang paling mudah dilihat, para atlet yang sejak tahun lalu berlatih serius bahkan tampil di pertandingan 'kualifikasi' demi memenuhi mimpi tampil di event yang menjadi impian setiap atlet ini, kini hanya harus kembali sabar menunggu. Mereka harus kembali berlatih sembari menghitung bulan.

Belum lagi persoalan anggaran untuk kontingen Olimpiade yang harus ditata ulang. Sebab, masa persiapan yang sebelumnya tinggal beberapa bulan sebelum tampil di event resmi, kini diperpanjang menjadi setahun lagi.

Toh, penundaan Olimpiade itu ibarat dua sisi keping uang logam. Tidak melulu tentang dampak buruk bagi olahraga Indonesia. Tapi juga masih ada kabar baiknya. Utamanya bagi cabang olahraga bulu tangkis yang selama ini paling sering memberikan kebanggaan bagi Indonesia di ajang Olimpiade.

Apa saja kabar baik dan buruk penundaan Olimpiade bagi bulu tangkis Indonesia? Mari kita mulai dengan kabar baik.

Masa persiapan jadi lebih panjang
Perubahan jadwal Olimpiade akibat dampak wabah Covid-19 membuat PP Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia (PBSI) kini punya banyak pekerjaan rumah.

Semisal harus menyusun ulang program latihan dan persiapan atlet menuju olimpiade, hingga mengatur ulang rencana dan kuota pengiriman pemain ke turnamen BWF.

Toh, bagaimanapun, pemunduran jadwal Olimpiade selama setahun, membuat masa persiapan untuk tampil di Tokyo nanti, menjadi lebih panjang. Dari seharusnya Juli tahun ini, menjadi Juli tahun depan.

Harapannya, para pemain yang sejatinya jadi harapan tetapi selama ini masih tampil labil, dapat memoles performa mereka jadi lebih baik lagi. Serta, bisa mengevaluasi segala kekurangan yang ada selama mengikuti turnamen di awal tahun.

Dalam wawancara dengan Badminton Indonesia beberapa waktu lalu, Sekretaris Jenderal PP PBSI Achmad Budiharto menyebut ada dua sektor yang sejatinya menjadi harapan Indonesia, tetapi hasilnya tidak sesuai harapan. Itu bila mengacu pada hasil di All England 2020 yang merupakan turnamen BWF terakhir yang digelar sebelum semua turnamen kemudian "di-lockdown" oleh BWF.

"Kalau dilihat dari hasil terakhir di All England 2020, pemain andalan di ganda putra masih ada kesulitan. Kami sebetulnya juga berharap banyak dari sektor tunggal putra," jelas Ahmad Budiharto seperti dikutip dari Badminton Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Raket Selengkapnya
Lihat Raket Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun