Mohon tunggu...
Hadi Santoso
Hadi Santoso Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Jurnalis.

Pernah sewindu bekerja di 'pabrik koran'. The Headliners Kompasiana 2019, 2020, dan 2021. Nominee 'Best in Specific Interest' Kompasianival 2018. Saya bisa dihubungi di email : omahdarjo@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mereka yang Tidak Lagi Kebanjiran Saat Merayakan Imlek

25 Januari 2020   13:31 Diperbarui: 25 Januari 2020   13:28 204
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Warga Tionghoa bersembahyang di klenteng Tjong Hok Kiong di malam perayaan Imlek/Foto: Sidoarjonews.id

Tidak sulit mendapati bangunan klenteng di Sidoarjo. Bagi sampean (Anda) yang baru datang ke kota tetangga Surabaya ini, silakan bertanya kepada warga. Mereka bakalan spontan berucap Jalan Hang Tuah Sidoarjo. Maksudnya, di jalan tersebut, klenteng berada.

Namanya Klenteng Tjong Hok Kiong. Usianya sangat tua. Beberapa referensi menyebut klenteng ini sudah berdiri pada tahun 1863. Silahkan dihitung sudah berapa usianya.

Dikutip dari portal resmi pemerintah kabupaten Sidoarjo,  Klenteng Tjong Hok Kiong ini merupakan klenteng tertua yang ada di Kabupaten Sidoarjo. Klenteng ini bahkan disebut menjadi cikal bakal terbentuknya komunitas warga Tionghoa di Sidoarjo.

Dalam perkembangannya, bukan hanya warga Tionghoa yang tinggal di wilayah Sidoarjo saja yang beribadah ke klenteng yang hingga kini masih terawat baik. Tidak sedikit warga dari wilayah tetangga Sidoarjo seperti Pasuruan, Mojokerto dan Gresik yang juga datang beribadah seperti dikutip dari Kabupaten Sidoarjo.

Letak klenteng ini berada di antara pemukiman warga yang mayoritas adalah muslim. Lokasinya tidak begitu jauh dari alun-alun Sidoarjo. Sejak dulu, karena rasa toleransi yang sangat tinggi, warga Tionghoa di sana dapat beribadah dengan tenang.

Selain berada di dekat pemukiman warga, bangunan klenteng ini juga terletak persis di tepi sungai Pucang, yang alirannya bermuara hingga ke laut.

Menurut penuturan beberapa warga, ada kaitan lokasi klenteng dengan aliran sungai. Zaman dulu banyak pedagang dari China yang keluar masuk Sidoarjo melalui jalur sungai ini. Mereka lantas berkumpul dan sebagian tinggal di kawasan tersebut. Hingga mendirikan tempat peribadatan di sini

Tidak mengherankan bila saat ini, kawasan Jalan Hang Tuah dan Jalan Gajahmada yang berada tidak jauh dari lokasi klenteng ini banyak dihuni warga keturunan Tionghoa.

Nah, masalahnya, karena berada persis di dekat sungai, atau mungkin juga karena drainase saluran airnya yang kurang bagus, dulunya genangan air tinggi seringkali terjadi di kawasan sekitar klenteng tersebut ketika musim hujan sedang lebat-lebatnya. 

Tetapi memang, sejak dulu kawasan Jalan Hang Tuah tersebut menjadi salah satu langganan banjir d Sidoarjo. Bahkan, sejak saya masih SMA sekira akhir tahun 90-an, ketika masih mengikuti kursus bahasa Inggris di dekat kawasan tersebut, ketika hujan deras, ceritanya sudah bisa ditebak. Air yang biasanya mengalir di sungai, berpindah ke jalanan. 

Dulu, sekira dua tahun lalu, pagi usai mengantar anak ke sekolah, saya hampir setiap hari melintasi kawasan itu guna menuju Surabaya. Ketika malam sebelumnya hujan deras, kawasan di belakang klenteng tersebut tergenang hingga separuh ban motor. Lumayan tinggi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun