Mohon tunggu...
Hadi Santoso
Hadi Santoso Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Jurnalis.

Pernah sewindu bekerja di 'pabrik koran'. The Headliners Kompasiana 2019, 2020, dan 2021. Nominee 'Best in Specific Interest' Kompasianival 2018. Saya bisa dihubungi di email : omahdarjo@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Arsenal yang Seharusnya Move On, Malah Bernostalgia

16 Desember 2019   10:31 Diperbarui: 16 Desember 2019   10:34 267
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Freddi Ljungberg, menjadi bagian cerita nostalgia ala Arsenal. Tadi malam, Ljungberg melihat anak asuhnya dihajar Manchester City 0-3 di kandang sendiri/Foto: Dailystar.co.uk

Ketika sebuah tim memutuskan untuk 'berpisah' dengan pelatihnya, berarti ada hubungan tim-pelatih yang tidak terjalin dengan apik. Hubungan tim dan pelatih yang berjalan buruk. Tidak bahagia. Pada akhirnya, hubungan itu diakhiri pemecatan. Kandas. Ambyar.

Nah, bila sudah berpisah, tentu saja sebuah tim harus mencari orang baru. Pelatih baru. Kata baru ini seharunya memang ya sesuai maknanya. Kalau mengacu pada makna di Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), baru itu bermakna belum pernah ada (dilihat/didengar) sebelumnya.

Artinya, pelatih baru yang ditunjuk menggantikan orang lama yang 'diceraikan' tersebut, seharusnya memang figur baru yang tentunya prospeknya diyakini lebih bagus. Bukan malah bernostalgia dengan membuka kembali hubungan dengan 'mantan indah' di masa lalu.

Situasi seperti itu yang agaknya dialami tim asal London Utara, Arsenal. Usai mengakhiri hubungan dengan pelatih asal Spanyol, Unai Emery pada dua pekan lalu, Arsenal malah melakukan langkah mundur.

Alih-alih mendatangkan pelatih top (atau mungkin masih dalam tahap pendekatan dan lobi-lobi), Arsenal malah memilih bernostalgia dengan menunjuk Freddie Ljungberg sebagai pelatih interim alias caretaker.

Pengidola Arsenal dan penggemar Liga Inggris era 90-an dan awal 2000-an pastinya paham dengan nama Ljungberg. Mantan pemain tengah asal Swedia ini merupakan salah satu 'kepingan' dari kisah hebat Arsenal di masa lampau.

Ljungberg bergabung dengan Arsenal pada tahun 1998 di usia 21 tahun. Kala itu, penampilan hebatnya bersama klub lokal Swedia, Halmstad, membuatnya diincar klub-klub top Eropa. Ada Barcelona, Chelsea, juga Parma yang waktu itu merupakan klub hebat di Liga Italia. Namun, dia lebih memilih Arsenal.

Singkat cerita, di bawah kepelatihan Arsene Wenger yang merupakan kenangan terindah Arsenal, Ljungberg sukses meraih dua gelar Liga Inggris musim 2001/02, 2003/04. Bahkan, di musim 2001/02, Ljungberg terpilih sebagai Premier League Player of The Season. Pemain Terbaik. Dia juga meraih Piala FA 2002, 2003 dan 2005.

Lepas dari Arsenal, di tahun 2007, dia sempat bermain di West Ham United lanats berpetualang ke Amerika Serikat. Bermain di klub Seattle Sounders, Chicago Free. Bahkan sempat bermain di J-League Jepang bersama Shimizu S-Pulse, hingga bermain di Liga India di klub Mumbai City.

Arsenal ingin menghidupkan kembali 'aura' Wenger?

Pada akhirnya, dia kembali ke pelukan Arsenal. Di musim 2016/17, Ljungberg ditunjuk melatih tim Arsenal U-15. Sempat menjadi asisten pelatih Vfl Wolfsburg di tahun 2017, setahun kemudian dia menjadi pelatih tim Arsenal U-23. Mulai musim 2019/2010, Ljungberg 'naik pangkat' ke tim senior sebagai asisten Unai Emery. Setelah Emery dipecat pada 29 November silam, Freddie pun menjadi pelatih kepala.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun