Sebab, Endo (32 tahun) dan Watanabe (22 tahun) memiliki kemampuan mengatur tempo permainan dan mampu bertahan solid.
Endo/Watanabe percaya diri karena punya kemampuan bertahan yang sangat baik. Agresivitas Marcus/Kevin acapkali terbentur pertahanan rapat mereka.Â
Ditambah lagi dengan kesalahan sendiri Marcus/Kevin yang berbuah poin gratis untuk ganda Jepang tersebut. Pendek kata, Marcus/Kevin tidak bisa bermain nyaman ketika menghadapi mereka.
Endo/Watanabe juga piawai memainkan ritme main dengan tidak bermain bola-bola datar yang menjadi kesenangan Marcus/Kevin.Â
Sebab, bila beradu bola-bola drive, mereka tahu bakal kalah cepat dari Minions. Jadilah mereka bermain kalem dengan kombinasi bermain net dan mengangkat bola ke belakang lapangan.
Seperti di pertandingan semifinal kemarin, di game pertama, Marcus/Kevin tak berkutik di game pertama. Mereka terus ditekan Endo dan Watanabe. Bahkan, di interval pertama, Endo/Watanabe unggul 11-3. Lantas terus mendominasi perolehan poin hingga unggul 21-11.
Di game kedua, Marcus/Kevin memperlambat tempo. Mereka menyerang lebih slow dengan kombinasi bola lob dan smash. Meski bermain lebih lambat, tapi hasilnya bagus.Â
Mereka bisa meraih poin dengan cepat. Ditambah lagi beberapa kesalahan Endo/Watanabe. Mereka unggul 11-7 di interval pertama. Lantas unggul jauh di angka, 17-10, dan akhirnya unggul 21-15 setelah smash Endo menyangkut di net.
Di game ketiga, Marcus/Kevin sebenarnya langsung gas pol. Mereka langsung unggul 2-0. Namun, ganda Jepang bisa menyamakan skor dan tahu-tahu berbalik unggul 5-3.Â
Kecerdikan Endo dan Watanabe dalam mengatur aliran bola membuat Marcus/Kevin lagi-lagi dalam posisi tertekan. Endo dan Watanabe unggul 11-5 di interval pertama.
Di interval kedua, ganda Jepang semakin mendominasi. Sementara Marcus/Kevin seolah bingung harus bagaimana. Sebab, serangan-serangan mereka bisa dikembalikan.Â