Namun, beda cerita bila bekerja menulis dengan target deadline yang lumayan ketat. Apalagi bila garapan menulisnya tidak hanya satu. Tapi tiga atau empat. Bukannya serakah bila menerima semuanya. Tapi, terkadang tidak tega menolak ajakan dan permintaan kawan. Toh, sejatinya waktu penyelesaiannya bisa diatur.
Ambil contoh mengerjakan majalah sebuah instansi pemerintah atau rumah sakit dengan durasi cetak bulanan. Lalu ada yang dua bulanan atau tiga bulanan. Belum lagi bila ada orderan menulis buku dari sebuah instansi ataupun menulis buku biografi.
Bayangkan bila deadlinenya datang berbarengan. Itu rasanya sungguh luar biasa bikin pusing kepala. Seperti di masa akhir tahun seperti sekarang. Sebab, instansi pemerintah umumnya "tutup buku" jelang akhir tahun sehingga pekerjaan harus selesai sebelum tutup tahun.
Situasi seperti itu yang sempat saya rasakan sejak akhir November lalu. Ketika tagihan deadline pekerjaan, seolah mulai menyapa berbarengan. Ada yang memang waktunya harus segera selesai. Ada yang karena molor dari seharusnya bisa selesai lebih awal, karena situasi tak terduga, jadi ikut-ikutan meramaikan tagihan deadline jelang akhir tahun.Â
Situasi yang tidak mudah. Butuh fokus dan gerak cepat untuk segera menyelesaikannya. Bahkan terkadang perlu begadang hingga tengah malam. Salah satu imbasnya, jadi kurang punya waktu untuk menulis di rumah ini (baca Kompasiana). Meski, terkadang masih "nekad" menulis untuk Kompasiana karena menganggap sebagai "pelarian yang menyenangkan".
Untunglah, setelah berjuang selama beberapa pekan, satu demi satu tagihan deadline pekerjaan itu bisa diberesi. Setelah melakoni episode melawan tagihan deadline itu, saya jadi paham jurus jitu menghadapiya. Apa saja?
Jangan mengeluh, kerjakan satu-satu
Ditagih banyak orang yang sama-sama ingin pekerjaannya segera diselesaikan, tentunya tidak menyenangkan. Bisa cepat naik darah dan gampang marah. Pikiran bisa stres. Tidur bisa kurang nyenyak. Makan bisa kurang tenang. Atau apalah.
Namun, yang paling penting adalah bersikap tenang. Jangan pernah mengeluh dengan situasi seperti itu. Sebab, mengeluh tidak akan menyelesaikan tagihan pekerjaan itu. Andai dengan mengeluh semua pekerjaan bisa segera selesai, ya silahkan mengeluh dengan gaya paling mellow. Tapi kenyataannya kan tidak seperti itu.
Seberapa tidak nyamannya situasinya, ya harus dihadapi. Seberapa banyakpun pekerjaan yang ada, ya harus dikerjakan. Ya, jurus jitu pertama menghadapi tagihan batas waktu pekerjaan yang mendadak datang berbarengan adalah dikerjakan. Bukan malah mengeluh.
Dengan dikerjakan satu demi satu, toh pada akhirnya akan selesai juga. Kita hanya perlu menyediakan waktu atau lebih tepatnya mencari waktu yang tepat untuk memberesinya. Bisa malam hari ketika anak-anak sudah pulas tidurnya. Bisa pagi hari ketika pikiran masih segar dan anak-anak berada di sekolah.
Terpenting, menyediakan waktu sembari tetap berpikir positif. Bahwa pekerjaan serumit apapun, bila dikerjakan ya akan selesai pada waktunya. Tak perlu mengeluh.