Mohon tunggu...
Hadi Santoso
Hadi Santoso Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Jurnalis.

Pernah sewindu bekerja di 'pabrik koran'. The Headliners Kompasiana 2019, 2020, dan 2021. Nominee 'Best in Specific Interest' Kompasianival 2018. Saya bisa dihubungi di email : omahdarjo@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Liverpool yang Kini Bisa "Bercermin" dari Masa Lalu

3 November 2019   07:47 Diperbarui: 3 November 2019   09:01 1268
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Liverpool meraih kemenangan dramatis lewat dua gol di menit-menit akhir saat mengalahkan tuan rumah Aston Villa 1-2 di laga pekan ke-11 Liga Inggris, Sabtu (2/11) tadi malam/Foto: Birminghammail.co.uk

"Masa lalu itu seperti black hole. Lubang hitam. Bila kau terlalu dekat, dia akan bisa menarikmu. Kau akan masuk ke dalamnya. Menghilang".

Santai sekali, August Balder, mengucapkan kalimat ringan tapi berat itu kepada Lisbeth Salander, sembari menjalankan bidak caturnya. Padahal, bocah laki-laki itu baru saja kehilangan ayahnya. Dia bahkan melihat ayahnya, Frans Balder meregang nyawa, di depan matanya.

Namun, ketika didesak Lisbeth untuk bercerita masa lalu ayahnya, dia enggan terus mengingatnya. Menurutnya, itu akan seperti lubang hitam yang bisa menariknya sehingga menjadi baper dan sulit move on.

Frans Balder, programmer komputer perakit program bernama Firefall yang bisa mengakses kode nuklir di seluruh dunia, tewas ditembak oleh jaringan organisasi misterius berinisial Spider yang dipimpin Camilla Salander--kakak Lisbeth.

Lisbeth, hacker dan jagoan tomboy dengan tato naga di punggungnya itulah yang lantas menyelamatkan August lewat aksi kejar-kejaran di jembatan di atas sungai yang bisa naik turun. Lantas, mereka bersembunyi di tengah hutan sembari merancang strategi menghadapi jaringan organisasi laba-laba itu.

Percakapan Lisbeth dan Auguts di sebuah tempat terpencil di tengah hutan itulah yang menurut saya menjadi salah satu scene menarik dari film action thriller berjudul "The Girl in the Spider's Web" ini.

Aktris Inggris, Claire Foy, sukses menghidupkan karakter Lisbeth di film yang banyak mengambil latar panorama Swedia ini. Sungai yang membeku karena es salju, kehidupan malam di Kota Stokcholm, dan hutan yang diselimuti salju.

Kebetulan, minggu lalu, film yang hadir di bioskop pada Oktober 2018 silam ini, tayang perdana di channel Fox Movies. Seperti biasa, film ini sukses memaksa saya untuk tidak cukup sekali menonton. Kesempatan pertama memahami plotnya. Lantas, saat menonton kedua, lebih memerhatikan detailnya. Termasuk quote filmnya.

Liverpool dan masa lalu
Lha, apa kaitannya film yang diangkat dari kisah novel karangan David Lagercrantz dengan judul asli berbahasa Swedia "Det som inte dodar oss" alias "That which does not kill us" ini dengan klub Inggris, Liverpool?

Mengikuti perjuangan dramatis Liverpool di pekan ke-11 Liga Inggris, Sabtu (2/11) tadi malam, saya mendadak teringat percakapan Lisbeth Salander dan August Balder di film tersebut. Utamanya perihal pengandaian masa lalu seperti lubang hitam yang bisa menarik kita masuk ke dalamnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun