Mohon tunggu...
Hadi Santoso
Hadi Santoso Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Jurnalis.

Pernah sewindu bekerja di 'pabrik koran'. The Headliners Kompasiana 2019, 2020, dan 2021. Nominee 'Best in Specific Interest' Kompasianival 2018. Saya bisa dihubungi di email : omahdarjo@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Raket Artikel Utama

An Se-young, "Bocah Ajaib" yang Diimpikan Bulutangkis Indonesia

28 Oktober 2019   10:34 Diperbarui: 29 Oktober 2019   01:17 2203
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tunggal putri Korea, An Se-young (kanan) yang baru berusia 17 tahun, jadi juara di French Open 2019. An Se-young mengalahkan Carolina Marin, juara dunia tiga kali asal Spanyol/Foto: tellerreport.com

Apalagi, di pekan sebelumnya, di perempat final Denmark Open, An Se Young kalah rubber game dari Marin. Gadis kelahiran 5 Februari 2002 ini sempat menang 21-18 di game pertama. Namun, dia lantas merasakan betapa Marin punya kematangan dalam bermain. Sulit ditaklukkan.

An Se-young mengalahkan juara dunia tiga kali dan peraih emas Olimpiade 2016

Namun, di final French Open 2019 tadi  malam, ceritanya sangat berbeda. An Se-young rupanya sudah banyak belajar dari kekalahannya dari Marin di Odense, Denmark pekan sebelumnya.

Ketika masuk ke lapangan, jelas terlihat, dia tidak minder meski tampil di laga pertama final. Pembawaannya kalem. Sorot matanya tenang. Seolah berkata kepada Marin: "aku tidak takut kepadamu".

Dan memang, An Se-young tidak takut menghadapi Marin. Beberapa kali dia menghujamkan smash sukses. Beberapa kali pula dia memakasa Marin jatuh bangun di lapangan.

Dia mau capek. An Se-young bukan pemain yang malas lari. Dia mengejar setiap shuttlecock yang datang ke area lapangannya. Foot work dan kelenturan badannya juga keren. Beberapa kali dia mampu mengembalikan bola-bola sulit di depan net. Melihat An Se-young, kita seakan melihat kembali Mia Audina muda tampil di lapangan di tahun 1996 silam.

Meski begitu, dia kembali merasakan, betapa Marin memang salah satu yang terhebat di dunia di olahraga ini. Di game pertama, dia beberapa kali dibuat mati langkah oleh pemain berusia 26 tahun itu. An Se-young kalah 16-21.

Di game kedua, gilira An Se-young yang memperlihatkan kepada Marin bahwa dirinya bukan bocah biasa. Akurasi pukulan dan permainan netnya luar biasa. Jarang sekali melakukan error. Puncaknya terjadi ketika skor 20-15. Satu poin lagi, An Se-young bakal memenangi game kedua.

Namun, Marin ternyata mendapatkan tiga poin beruntun, 18-20. Berulang kali, Marin mencoba mengintimidasi mental anak muda itu lewat teriakan membahananya ketika mendapatkan poin.

Toh, An Se-young tetap tenang. Dia tidak cemas bila Marin bisa mengejar poinnya. Lantas, sebuah smash yang tak mampu dikembalikan Marin, menutup game kedua. An Se-young memperlihatkan dirinya bisa mengatasi momen menegangkan.

Di game ketiga, An Se-young lagi-lagi 'pamer' bila 'batere staminanya" masih penuh untuk bermain hingga akhir. Sementara Marin justru seperti 'lupa' permainannya sendiri. Akurasi pukulannya parah. Banyak keluarnya. An Se-young bahkan bisa unggul 11-3 di interval pertama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Raket Selengkapnya
Lihat Raket Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun