Mohon tunggu...
Hadi Santoso
Hadi Santoso Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Jurnalis.

Pernah sewindu bekerja di 'pabrik koran'. The Headliners Kompasiana 2019, 2020, dan 2021. Nominee 'Best in Specific Interest' Kompasianival 2018. Saya bisa dihubungi di email : omahdarjo@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Italia dan Pelajaran "Berdamai" dengan Kegagalan

17 Oktober 2019   14:01 Diperbarui: 17 Oktober 2019   21:06 1855
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Timnas Italia, berhasil bangkit dari kegagalan. Dua tahun lalu gagal lolos ke Piala Dunia, kini lolos cepat ke Piala Eropa 2020/Foto: eurosport.co.uk

Jorginho (8) dan Verratti, menjadi pemain penting Italia di bawah kepelatihan Mancini/Foto: The Bangkok Post
Jorginho (8) dan Verratti, menjadi pemain penting Italia di bawah kepelatihan Mancini/Foto: The Bangkok Post
Toh, membangun kembali tim yang sempat ambyar, tidaklah mudah. Butuh waktu yang menguji kesabaran. Mancini merasakan, betapa sulitnya membentuk sebuah tim menangan di awal-awal kepelatihannya. Utamanya ketika melawan tim-tim yang tengah berada di puncak penampilan.

Italia memang dibawanya menang 2-1 atas Arab Saudi di laga uji coba yang menjadi debut kepelatihannya pada 28 Mei 2018. Namun, tiga hari kemudian, Italia dihajar tim kuat Prancis 1-3 (1/6). Lantas, bermain 1-1 dengan Belanda (4/6).

Tren sulit menang itu berlanjut di tiga laga berikutnya. Di laga awal Nations League yang digagas UEFA, Italia bermain 1-1 dengan Polandia, lalu kalah 0-1 dari juara Eropa. Berikutnya, menang 1-0 atas Polandia dan ditahan Portugal 0-0. Italia hanya jadi runner-up Grup 3 (di bawah Portugal) dan gagal lolos ke babak berikutnya.

Menang beruntun di kualifikasi, Italia lolos cepat ke Piala Eropa 2020
Toh, Nations League tersebut menjadi momentum tepat bagi Mancini untuk "memanaskan mesin" Italia jelang tampil di Kualifikasi Piala Eropa 2020, pertandingan yang sebenarnya.

Yang terjadi kemudian, Italia yang di babak kualifikasi berada di Grup J bersama Finlandia, Armenia, Bosnia Herzegovina dan Yunani, langsung tampil gas pol. Semua lawan di Grup J berhasil dikalahkan. Italia meraih kemenangan beruntun dalam enam laga.

Hingga, pada akhir pekan kemarin, Italia memastikan lolos cepat ke putaran final Piala Eropa 2020. Kemenangan 2-0 atas tim juara Piala Eropa 2004, Yunani di Roma pada 13 Oktober, memastikan Italia lolos dengan masih menyisakan tiga pertandingan.

Menariknya, kelolosan itu tidak membuat Italia bersantai. Italia masih haus kemenangan. Tiga hari kemudian, Italia tetap tampil gas pol. Azzurri menang telak 5-0 atas tuan rumah Liechtenstein (16/10) lewat dua gol Belotti, satu gol Bernardeschi dan El Shaaraway, plus Romagnoli.

Ini kemenangan kesembilan beruntun Italia di era Mancini. Dan itu menyamai rekor kemenangan Vittorio Pozzo yang dibuat pada 1938-1939 silam. Bagaimana reaksi Mancini?

Ketika diwawancara Rai Sport, Mancini mengaku bangga bisa menyamai rekor kemenangan Pozzo. Namun, dia mengaku belum ada apa-apanya dengan Pozzo yang pernah membawa Italia dua kali menenangi Piala Dunia. 

"Bisa menyamai rekor kemenangan Pozzo memang menyenangkan. Tapi, saya lebih suka bila bisa menyamai rekornya memenangi dua Piala Dunia," ujarnya.

Kini, Italia masih punya sisa dua pertandingan di kualifikasi. Away melawan Bosnia (16/11) dan menjamu Armenia (19/11). Mancini sudah berhasil melalui tugas pertama membawa Italia lolos ke putaran final EURO 2022. Dia telah berhasil membawa Italia berdamai dengan kegagalan. Italia bisa move on dengan manis dari petaka pahit.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun