Dulu, ketika rajin mengantar istri ke dokter untuk pemeriksaan rutin, saya acapkali heran dengan kelakuan beberapa suami. Bagaimana tidak mengherankan, mereka mengantar istrinya periksa kehamilan ke dokter, tapi malah tidak ikut masuk ke tempat pemeriksaan. Ada yang sekadar menunggu dengan duduk santai di atas motornya di tempat parkir, sembari melihat gawainya.
Lha, ini ketika 'bikin anaknya' bareng-bareng. Tapi giliran memeriksakan kehamilan ke dokter, malah istri dibiarkan sendirian. Seolah hanya istri yang bertanggung jawab pada kehamilan tersebut.
Padahal, tidak ada larangan bagi suami untuk masuk menemani istri ke ruangan dokter. Malah, itu menjadi kesempatan bagus untuk bertanya-tanya kepada dokter. Minimal, istri akan merasa lebih kuat mentalnya karena ada yang mendampingi.
Selain itu, peran pemerintah juga sangat diperlukan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang kemungkinan adanya gangguan mental pada kehamilan. Termasuk kita yang setiap hari memproduksi tulisan di rumah ini (baca Kompasiana), juga bisa berperan untuk meningkatkan kesadaran perihal gangguan mental pada kehamilan ini.
Jadi, bila sampean (Anda) kini istrinya sedang hamil, atau ada saudara sedang hamil, penting untuk membuat mereka happy. Penting untuk menjauhkan mereka dari depresi, stress dan gangguan kesehatan mental. Sebab, dampaknya bisa sangat mengerikan bagi ibu dan bayinya. Salam.