Mohon tunggu...
Hadi Santoso
Hadi Santoso Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Jurnalis.

Pernah sewindu bekerja di 'pabrik koran'. The Headliners Kompasiana 2019, 2020, dan 2021. Nominee 'Best in Specific Interest' Kompasianival 2018. Saya bisa dihubungi di email : omahdarjo@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pelajaran dari Anjloknya Lift di Tempat Umum

4 Oktober 2019   11:32 Diperbarui: 4 Oktober 2019   12:04 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kita perlu waspada agar tidak menjadi korban lift bermasalah/Foto: Megapolitan Kompas

Seperti kejadian lift anjlok di sisi utara Gedung A kantor Wali Kota Jakarta Timur tersebut. Pihak berwenang di gedung tersebut, sebenarnya telah membatasi kapasitas tampung lift maksimal hanya enam orang. Upaya ini dilakukan untuk mengantisipasi lift anjlok. 

Pasalnya, lift tersebut memang telah berusia 20 tahun sehingga rawan kerusakan. Termasuk juga memasang tulisan peringatan di dekat lift tentang kapasitas maksimal enam orang sejak dua pekan sebelum kejadian.

Yang terjadi, ternyata ada sebanyak 15 ibu-ibu PKK yang jadi tamu undangan acara di ruang kerja Wakil Wali Kota di lantai empat gedung tersebut, terjebak dalam lift saat akan pulang. Mereka terjebak lift yang anjlok di antara lantai dasar dan basement akibat kelebihan kapasitas tampung.

Nah, bila seperti itu, yang disorot tentunya bukan hanya pihak "yang punya gedung". Memang, idealnya, lift yang sudah berusia tua, perlu segera diganti. Sebab, potensi bermasalahnya besar.

Namun, dalam hal ini, pihak yang punya gedung sudah melakukan beberapa upaya pengamanan dan pencegahan. Termasuk memberikan peringatan kepada pengguna lift dengan membatasi kapasitas lift hanya enam orang.

Nah, entah apakah mereka yang terjebak dalam lift anjlok tersebut, tidak membaca sehingga tidak tahu adanya peringatan tersebut. Atau malah, mereka tetap nekad meski tahu sudah ada peringatan. Entahlah. 

Jangan malas bergerak, bila memungkinkan berjalan di tangga saja

Pelajaran penting lainnya dari petaka lift bermasalah, kita tidak boleh malas bergerak. Jangan hanya berpikir menggunakan lift. Seolah bila tanpa lift, tidak bisa naik ke ruangan di lantai atas yang dituju.

Padahal, masih ada tangga. Apalagi, bila ketinggian gedungnya tidak terlalu tinggi. Kenapa tidak mencoba berjalan kaki menyusuri tangga yang akan membuat kita lebih bergerak? Bukankah itu lebih menyehatkan?

Apa iya, bila gedungnya hanya lantai tiga atau empat. Lalu liftnya cuma satu. Itupun acapkali penuh. Lalu, kita hanya memilih berdiri mager demi mengantre naik lift daripada menyusuri tangga?

Saya pernah mengalami situasi seperti itu ketika dulu masih bekerja di 'pabrik koran'. Ada salah satu gedung tempat liputan yang tingginya cuma tiga lantai. Liftnya ada satu. Nah, suatu ketika, lift gedung tersebut mendadak bermasalah. Macet di lantai 2 dalam 'perjalanan' menuju lantai 3. Ada beberapa orang yang terjebak di dalamnya. Untungnya, masalah tersebut bisa cepat diatasi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun