Mohon tunggu...
Hadi Santoso
Hadi Santoso Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Jurnalis.

Pernah sewindu bekerja di 'pabrik koran'. The Headliners Kompasiana 2019, 2020, dan 2021. Nominee 'Best in Specific Interest' Kompasianival 2018. Saya bisa dihubungi di email : omahdarjo@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Raket Artikel Utama

Tim Bulu Tangkis Diumumkan, Bisa Raih Berapa Medali di SEA Games 2019 Nanti?

26 September 2019   15:56 Diperbarui: 26 September 2019   18:24 573
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tunggal putra Indonesia, Jonatan Christie, berusaha mengembalikan kok saat melawan Chou Tien Chen pada laga Indonesia Open 2019 di Istora Senayan, Jakarta, Jumat (19/7). Jojo kalah 21-16, 18-21 dan 14-21. (Bola.com/Vitalis Yogi Trisna)

Pesaing terberat bagi Greysia/Apri lagi-lagi adalah ganda putri Thailand, Jongkolphan Kititharakul/Rawinda Prajongjai yang kini ada di rangking 10 dunia. Selain itu juga ganda putri Malaysia rangking 14 dunia, Chow Mei Kuan/ee Meng Yean. Namun, selama Greysia/Apri tampil dalam form terbaik, seharusnya dua pesaing utama itu bisa diatasi.

Bagaimana peluang di ganda campuran dan tunggal putri?

Sejujurnya, sektor ini (ganda campuran) tidak akan mudah. Setidaknya ada dua alasan mengapa ganda campuran cukup berat bila diandalkan untuk memburu medali emas. 

Pertama, performa ganda campuran kita selama ini masih labil. Penampilan pasangan Praveen Jordan/Melati Daeva Oktavianti dan Rinov Rivaldy/Pitha Haningtyas Mentari masih sering angin-anginan.

Keduanya terkadang tampil bagus. Tapi lebih sering tersingkir di babak awal turnamen BWF World Tour. Suka atau tidak suka, Indonesia belum menemukan pasangan ganda campuran yang benar-benar bisa menjadi penerus Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir.

Alasan kedua, lawan-lawan di ganda campuran juga cukup berat. Ada ganda Thailand, Dechapol Puavaranukroh/Sapsiree Taerattanachai yang merupakan peraih medali emas SEA Games 2017. 

Secara peringkat, Dechapol/Sapsiree (rangking 3) yang juga runner-up Kejuaraan Dunia 2019, juga lebih bagus dari Praveen/Melati (rangking 6). Selain itu, ada pasangan Malaysia, Goh Soon Huat/Lai Shevin Jemie yang kini ada di rangking 10 dunia.

Namun, peluang akan selalu ada. Apalagi, belum ada kabar (lebih tepatnya saya belum tahu), apakah Thailand akan menyertakan pemain-pemain terbaiknya untuk tampil di SEA Games 2019. Ataukah, menghemat tenaga mereka demi tampil di Olimpiade 2020 pada tengah tahun depan.

Bahkan, saya juga menunggu kejutan dari ganda putra dan tunggal putri. Di ganda putra, meski tanpa Marcus/Kevin, penampilan Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto yang acapkali 'meledak' di event penting, layak ditunggu. 

Tahun ini, Fajar/Alfian meraih medali perunggu di Kejuaraan Dunia 2019. Itu bisa menjadi 'pegangan' bahwa mereka siap menebus kegagalan dua tahun lalu saat terhenti di babak semifinal.

Begitu juga di tunggal putri. Penampilan Gregoria Mariska juga melesat hebat dalam dua tahun terakhir. Dia mulai terbiasa menghadapi pemain top dunia meski masih sebatas 'merepotkan' dengan pola yang nyaris selalu sama (menang di game pertama lantas kalah rubber game. Bila dua tahun lalu, dia meraih perunggu, bukan tidak mungkin tahun ini bisa lebih baik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Raket Selengkapnya
Lihat Raket Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun