Mohon tunggu...
Hadi Santoso
Hadi Santoso Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Jurnalis.

Pernah sewindu bekerja di 'pabrik koran'. The Headliners Kompasiana 2019, 2020, dan 2021. Nominee 'Best in Specific Interest' Kompasianival 2018. Saya bisa dihubungi di email : omahdarjo@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Raket Artikel Utama

Musibah, Juara, dan Pelajaran Hidup dari Carolina Marin

23 September 2019   08:00 Diperbarui: 26 September 2019   02:10 1368
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Carolina Marin, juara di China Open 2019 setelah enam bulan menepi dari lapangan akibat cedera parah/Foto: Xinhua.net

Namun, yang paling mengerikan, mereka dibayangi kekhawatiran tidak lagi bisa tampil seperti sedia kala pascapulih dari cedera. Ada rasa trauma. Trauma itulah yang menghantui mereka untuk kembali ke level terbaik.

Faktanya, ada beberapa pebulutangkis top dunia yang mengalami kejadian seperti itu. Salah satunya mantan ratu bulutangkis asal Tiongkok, Li Xuerui. Li merupakan peraih medali emas Olimpiade 2012. Empat tahun kemudian, di usia 25 tahun, Li ingin kembali meraih emas Olimpiade 2016.

Yang terjadi, dia mengalami cedera parah di babak semifinal. Dan, sebuah kebetulan, yang menjadi lawan Li kala itu adalah Carolina Marin.

Setelah cukup lama menjalani serangkaian pemulihan cedera, sejak tahun lalu, Li Xuerui kembali bermain. Namun, pemain berusia 28 tahun ini tak lagi seperti dulu. Dia sulit kembali di level atas.

Toh, tidak semua pemain sama. Setiap orang punya level berbeda dalam mengatasi traumanya. Setiap orang punya optimisme berbeda. Mereka yang optimistis akan percaya bahwa selalu ada kesempatan kedua, ketiga dan seterusnya untuk bangkit.

Marin termasuk orang yang kuat. Mentalnya hebat. Dia tak mau kalah dari cedera. Simak apa yang dia sampaikan di akun Twitternya ketika dokter memberikan vonis dia harus absen enam bulan.

"Saatnya untuk bersiap menghadapi perjuangan paling berat. Tapi saya sangat yakin kalau saya nanti akan kembali lebih kuat," kata Marin.

Yang terjadi kemudian, Marin pun menghilang dari hingar-bingar bulutangkis dunia. Dia hanya bisa memantau, para pesaingnya meraih gelar.

Chen Yufei jadi 'ratu' di All England 2019. Lalu Akane Yamaguchi jadi juara Indonesia Open. Bahkan, pemain Jepang ini lantas menggeser Tai Tzu-ying dari predikat rangking 1 dunia tunggal putri.

Marin juga hanya bisa melihat, tunggal putri India, Pusarla Sindhu, yang ia kalahkan di final Kejuaraan Dunia 2018 dan Olimpiade 2016, tahun ini bisa menjadi juara dunia.

Sementara Marin sendiri, karena tak pernah bertanding, rangkingnya terus menurun. Dari  awalnya di peringkat 4, turun tajam ke rangking 24 dunia.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Raket Selengkapnya
Lihat Raket Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun