Mohon tunggu...
Hadi Santoso
Hadi Santoso Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Jurnalis.

Pernah sewindu bekerja di 'pabrik koran'. The Headliners Kompasiana 2019, 2020, dan 2021. Nominee 'Best in Specific Interest' Kompasianival 2018. Saya bisa dihubungi di email : omahdarjo@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sepatu Kotor Pak Jokowi, "Puisi" Balotelli, dan Inspirasi Sunyi dari Lapangan Bola

20 September 2019   09:27 Diperbarui: 20 September 2019   09:49 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sepatu kotor pak Jokowi dan para menteri usai memantau lokasi kebakaran hutan dan lahan di Riau, menjadi viral di media/Foto: merdeka.com

Kunjungan presiden Joko Widodo untuk memantau langsung lokasi kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Desa Merbau, Kecamatan Bunut, Pelalawan, Riau, pada Selasa, 17 September lalu, menjadi viral. Tak hanya di media sosial. Juga di media arus utama. 

Bukan kunjungan pak Jokowi yang didampingi Menteri Koordinator Politik, Hukum dan Keamananan (Menko Polhukam) Wiranto, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono dan Menteri Sekretaris Kabinet (Menseskab) Pramono Anung, itu yang menjadi viral. 

Bukan pula foto pak Jokowi yang mengenakan kemeja putih dan celana hitam, kala memantau proses penanganan karhutla. Ataupun foto pak Jokowi sedang berjalan dengan latar hutan dan lahan yang 'ludes' terbakar.

Namun, yang menjadi viral adalah sepatu kotor pak Jokowi. Di media sosial, beredar foto sepatu sebelum dan sesudah, pak Jokowi dan rombongan mengunjungi lokasi kebakaran. Sepatu yang semula bersih, berubah menjadi kotor.

Foto sepatu kotor itu jadi sorotan di media sosial. Sepatu kotor itu jadi bahan perbincangan hingga perdebatan di jagad twitter. Media-media arus utama juga kompak mengabarkannya. Tak percaya? Silahkan menuliskan kata kunci "sepatu kotor jokowi" di kolom pencarian Google. Sampean (Anda) akan menemukan banyak sekali tautan berita perihal kata kunci tersebut.

Seperti biasa, komentar warganet dan berita media berwarna-warni. Maksudnya, ada yang mengapresiasi. Ada yang sekadar mengabarkan keviralan sepatu pak Jokowi. Namun, ada pula media yang menampilkan judul mengkritisi. 

Ambil contoh berita di detik.com berjudul "Jokowi Lihat Kebakaran Hutan, Malah Sepatunya yang Viral". Hingga har ini, berita yang diunggah pada Rabu (18/9) siang ini mendapat 39 komentar dari pembacanya. Isinya macam-macam. Ada yang mendukung presiden. Ada yang 'bersuara lantang". Namanya juga warganet yang senang berkomentar. 

Ada yang berkomentar begini: "Orang lebih mudah mengkritik daripada menjalankan tugas berat ini. Lebih baik meninjau dan mencari solusi bagaimana cara menangani masalah kabut ini biar tidak berbuntut panjang. Saya setuju dengan Pak Jokowi. Tidak banyak omong tapi tindakan yang lebih utama.gut luck pak......"

Ada pula yang menulis begini: "Lumrahlah itu, kalau sepatu kotor sebab tujuan alas kaki memang tuk melindungi kaki dari kotoran. Kalau kaki beliau yang kotor, baru saya anggap luar biasa".

Malah, ada yang berkomentar bahwa sebenarnya, media-lah yang membesar-besarkan sepatu kotor pak Jokowi hingga akhirnya menjadi viral. Komentarnya begini: "teman2 ku yang sok pandai. pak jokowi tidak ada menganggarkan foto nya yang kotor. Media yang terlalu mengekspos. Jadi jangan lagi nyinyir lah. Tapi kalau dasar nya gak suka yah gak suka. yg pasti sudah ada ketegasan dan pelaksanaan. karena ini sudah terbakar. intinya memang harus mengantisipasi bukan terjadi baru di atasi...

Bila diperpanjang komentar warganet, ada pula yang berkomentar, bahwa seharusnya yang disorot itu kepala daerah yang wilayahnya terjadi kebakaran hutan dan lahan. "harusnya yang dicubit itu pemda sana, yang bertanggungjawab atas kelangsungan hidup orang banyak disana, bagaimana menanggulangi utk tidak terjadi pembakaran lahan atau hutan, pemerintah pusat kerjaannya banyak gak bisa juga mikirin internal daerah, buat apa ada pemimpin daerah???".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun