Mohon tunggu...
Hadi Santoso
Hadi Santoso Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Jurnalis.

Pernah sewindu bekerja di 'pabrik koran'. The Headliners Kompasiana 2019, 2020, dan 2021. Nominee 'Best in Specific Interest' Kompasianival 2018. Saya bisa dihubungi di email : omahdarjo@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Raket Artikel Utama

Mengenal Evgeniya Kosetskaya, Pemain Rusia Penakluk World No 1 di China Open

18 September 2019   14:45 Diperbarui: 19 September 2019   01:01 911
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pebulutangkis tunggal putri asal Rusia, Evgeniya Kosetskaya, mengalahkan pemain rangking 1 dunia di putaran pertama China Open 2019/Foto: bwfworldtour.bwfbadminton.com

Bila harus menyebut nama-nama petenis putri asal Rusia, sampean (Anda) pastinya tidak kesulitan. Karena memang, Rusia sejak dulu dikenal sebagai negara penghasil petenis handal. Ada banyak petenis putri dari Rusia yang mendunia.

Mari kita absen. Di awal 2000-an dulu, kita mengenal nama Anna Kournikova, Anastasia Myskina, Nadia Petrova, Elena Dementieva, Svetlana Kuznetsova, Dinara Safina, Maria Kirilenko, dan tentu saja, Maria Sharapova yang pernah menjadi ratu tenis dunia.

Hingga kini eranya Ekaterina Alexandrova, Daria Kasatkina, dan Veronika Kudermetova. Usia mereka baru 22-24 tahunan. Memang, prestasi mereka belum semegah Sharapova dulu. Namun, kehadiran mereka menjadi bukti bahwa regeerasi petenis di Rusia tidak berhenti.

Namun, bila petunjuknya diubah menjadi "sebutkan nama-nama pebulutangkis putri asal Rusia", sampean pastinya kesulitan. Rusia sebenarnya punya banyak pebulutangkis putri. Namun, karena prestasinya tidak mendunia, popularitas mereka tidak seperti petenis putri Rusia.

Kejutan paling mengagetkan di putaran I China Open

Tapi, Selasa (17/9) kemarin, kita akhirnya dipaksa untuk mengenal pebulutangkis putri Rusia. Namanya cukup susah dieja. Evgeniya Andreevna Kosetskaya. Kemarin, pebulutangkis berusia 24 tahun ini mencuri perhatian setelah membuat kejutan dahsyat di putaran pertama turnamen bulutangkis China Open 2019.

Di luar dugaan, Evgeniya Kosetskaya berhasil mengalahkan tunggal putri Jepang, Akane Yamaguchi yang kini menduduki rangking 1 dunia. Kosetskaya mengalahkan Yamaguchi yang menjadi unggulan 1 China Open 2019 lewat rubber game superketat, 20-22, 21-17, 24-22.

Memang, hari pertama China Open 2019 kemarin dipenuhi banyak kejutan. Ada banyak pemain unggulan yang langsung tersingkir. Seperti Nozomi Okuhara (Jepang) yang merupakan tunggal putri juara dunia 2017, lalu Viktor Axelsen (Denmark) yang berstatus tunggal putra juara dunia 2017. Keduanya langsung tereliminasi.

Daftar bertambah panjang bila menyebut gand aputra finalis China Open 2018, Han Chengkai/Zhou Haodong yang juga langsung tersingkir. 

Termasuk dua pemain andalan Indonesia yang menjadi unggulan tetapi langsung out. Yakni tunggal putra Jonatan Christie dan pasangan ganda campuran, Praveen Jordan/Melati Daeva Oktavianti.

Namun, kejutan yang paling mengagetkan adalah kemenangan Kosetskaya atas Yamaguchi. Karena memang, belum pernah ada ceritanya, ada pemain tunggal putri Rusia yang bisa mengalahkan pemain "world number 1" di turnamen BWF World Tour level Super 1000.

Apakah kemenangan Kosetskaya tersebut sekadar kebetulan?

Bila menelusuri jejak karier pemain kelahiran 16 Desember 1994 ini, mudah menyebut bahwa kemenangannya atas Yamaguchi bukanlah kebetulan. Selama ini, Kosetskaya memang punya prestasi lumayan oke. Dia kini berada di rangking 33 BWF.

Tahun 2018 lalu, Kosetskaya menjadi finalis Kejuaraan Eropa. Di final, dia kalah dari pemain Spanyol, Carolina Marin. Toh, kekalahan itu bukanlah aib. Justru, hasil itu sudah bagus bagi Kosetskaya. Karena memang, Marin merupakan juara dunia 2018. Dia peebulutangkis terbaik Eropa. Bahkan, salah satu yang terbaik di dunia.

Sementara di level turnamen BWF, pemain dengan postur 176 cm ini sudah meraih satu gelar di tahun ini. Yakni, di turnamen White Nights yang merupakan level BWF International Challenge (di bawah BWf World Tour). Di final yang digelar pada 14 Juli lalu, Kosetskaya mengalahkan pemain Jepang, Yukino Kanai.

Dia juga pernah juara di turnamen BWF Grand Prix Rusia Open 2017 (kini menjadi turnamen BWF World Tour level Super 100). Di final, dia mengalahkan tunggal putri Malaysia, Sonia Cheah.

Kemenangan Kosetskaya atas Yamaguchi juga bukan kebetulan bila merujuk pada perolehan skor ketat. Bila skornya 'aneh' dalam artinya marginnya sangat jauh, mudah menyebut Yamaguchi masih belum bugar dari masalah cedera punggungnya. 

Tapi ini, malah sempat terjadi dua kali adu setting point (perolehan poin sama dimulai skor 20-20 dan pemenang ditentukan bila berselisih dua poin) di game pertama dan di game ketiga.

Bila sudah terjadi setting poin, maka ketenangan, semangat tidak mau menyerah, dan kemampuan mengurangi unforced error alias kesalahan sendiri pada poin kritis, menjadi penentu kemenangan seorang pebulutangkis.

Ketenangan dan semangat berlipat itulah yang kali ini dimiliki oleh Kosetskaya. Di game ketiga yang menentukan, Kosetskaya sebenarnya sudah dalam kondisi koma. Nyaris kalah. Lha wong Yamaguchi sudah unggul 20-17. Satu poin lagi dia lolos ke putaran kedua.

Yang terjadi, Kosetskaya ternyata belum menyerah. Dikutip dari bwfworldtour.bwfbadminton.com, dia lantas mendapatkan tiga poin beruntun untuk menyamakan skor 20-20. Kosetskaya akhirnya menang 24-22. Website bwfworldtour menyebutnya sebagai "the biggest win of her career".

Tunggal putri asal Eropa kini bukan hanya Carolina Marin

Tapi, begitulah potret rivalitas di bulutangkis era kekinian. Bahwa, persaingan sangat cair. Tidak ada jaminan pemain unggulan selalu menang melawan pemain yang tidak diunggulkan. 

Rumusnya adalah, siapa yang paling siap di lapangan baik secara teknik, fisik dan mental, dia yang akan memenangi pertandingan.

Dan yang jelas, kemenangan Kosetskaya atas Yamaguchi di China Open 2019 tersebut menjadi sinyal. Bahwa pemain-pemain asal Eropa, utamanya di tunggal putri, kini harus diwaspadai.

Bahwa, Eropa kini bukan hanya Carolina Marin sebagai tunggal putri Eropa paling top. Juga ada nama Line Kjaersfeldt dan Mia Blichfeldt (Swedia), serta Kirsty Gulmour dari Skotlandia. Kini, Kosetskaya juga masuk dalam daftar tersebut.

Apapun hasil yang ia capai di China Open 2019, kemenangan atas Yamaguchi yang merupakan juara Asia 2019 dan juara China Open 2017, menjadi pencapaian hebat. Toh, Kosetskaya pastinya tidak ingin berhenti di sini. Dia ingin terus melaju di China Open 2019.

Sebuah kebetulan, di putaran II yang akan digelar, Kamis (19/9) besok, dia akan kembali bertemu tunggal putri asal Jepang. Pemain yang di level junior sempat dicoba bermain di sektor ganda ini akan menghadapi Sayaka Takahashi (27 tahun).

Usai kemenangan atas Yamaguchi, Kosetskaya pastinya lebih percaya diri menghadapi Takahashi. Bila mengandaikan bisa membaca pikirannya, dia mungkin berkata: "pemain rangking 1 dunia saja bisa dikalahkan, mengapa tidak dengan pemain rangking 16?".

Andaikan Kosetskaya bisa melaju ke babak perempat final, itu akan menjadi prestasi bagus di turnamen level tertinggi BWF World Tour. Apalagi bila dia bisa melangkah jauh.

Bila itu terjadi, kita hanya bisa berandai-andai. Ya, berandai-andai, kapan kita bisa memiliki tunggal putri top dunia. Pemain yang bisa bersaing di level atas dunia. Kok cuma berandai-andai?

Sebab, dua tunggal putri andalan Indonesia, Gregoria Mariska Tunjung dan Fitriani, langsung tersingkir di putaran pertama China Open 2019. 

Kemarin, Gregoria Mariska kalah dari pemain Amerika Serikat, Zhang Beiwen lewat cara yang seperti terus berulang. Gregoria menang di game pertama, lantas kalah beruntun di dua game berikutnya. Dan Rabu (18/9) hari ini, Fitriani dikalahkan pemain Korea Selatan, Kim Ga-eun.

Jadi, mari menunggu kabar siapa yang akan menjadi juara di sektor tunggal putri China Open 2019. Apakah pemain-pemain Asia seperti Pusarla Sindhu (India), Tai Tzu-ying (Taiwan), Chen Yufei (Tiongkok), dan Ratchanok Intanon (Thailand) yang akan juara?

Ataukah Carolina Marin yang baru kembali dari cedera panjang, bisa langsung juara sekaligus mempertahankan gealrnya? Malah, siapa tahu Kosetskaya bisa 'merusak skenario' para unggulan? Siapa tahu.  Salam bulutangkis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Raket Selengkapnya
Lihat Raket Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun