Mohon tunggu...
Hadi Santoso
Hadi Santoso Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Jurnalis.

Pernah sewindu bekerja di 'pabrik koran'. The Headliners Kompasiana 2019, 2020, dan 2021. Nominee 'Best in Specific Interest' Kompasianival 2018. Saya bisa dihubungi di email : omahdarjo@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Raket Artikel Utama

Mengapa Banyak Orang Berpihak pada PB Djarum, Bukan KPAI?

9 September 2019   11:06 Diperbarui: 12 September 2019   12:02 14362
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Seperti inilah bagian nuansa audisi PB Djarum setiap tahunnya. Ada banyak anak-anak yang bermimpi menjadi pebulutangkis dan merasa audisi tersebut bak panggung bagi mereka/Foto: pbdjarum.org

Karenanya, jangan heran bila selama ini, setiap tahunnya, mereka menunggu digelarnya audisi umum ini. Mereka menggantungkan harapan dari situ.  

Terkait perjuangan menjadi atlet yang harus dirintis sejak kecil, saya tertarik mengutip cerita kawan jurnalis yang menyatakan sikap "Saya Bukan Perokok (dan) Saya Berdiri Bersama PB Djarum" tersebut.  

Dalam narasinya, dia berkisah betapa dirinya terlahir sebagai bocah yang bermimpi menjadi pesepak bola. Dia pernah merasakan, demi mewujudkan mimpi itu, sangat tidak mudah. Dia harus menempuh perjalanan 40 kilometer dari rumahnya di Lamongan bagian selatan ke tempat latihan di pusat kota Gresik.

Tak jarang, dia berangkat selepas Shubuh dengan menumpang truk. Bahkan, ketika latihan hari Selasa dan Kamis, dia bisa tiba di rumahnya pukul 22.00 WIB. Semuanya demi mewujudkan mimpinya menjadi pesepak bola.

Karenanya, dia mengaku dongkol begitu mendengar PB Djarum 'diusik' KPAI dan juga Yayasan Lentera Anak.

Menurutnya, seharusnya kita berterima kasih sekaligus berhutang banyak kepada PB Djarum yang telah menyediakan diri membantu anak-anak dari berbagai pelosok di negeri ini yang bermimpi menjadi pebulutangkis. Sehingga, jalan bagi mereka sedikit lebih gampang. Tidak seterjal sebelumnya.

Tetapi memang, seperti yang saya tuliskan di atas, akan sulit melihat masalah ini bila tidak melihatnya dari dimensi olahraga. Akan sempit pemikirannya bila tidak pernah--minimal mengandaikan--merasakan langsung semangat besar anak-anak kecil yang bermimpi menjadi pebulutangkis lantas melakukan persiapan matang demi mengikuti audisi umum tersebut.

Bila sekadar melihat dari satu sisi tudingan eksploitasi anak di bawah bendera merk rokoknya, maka sisi kemanfaatan audisi PB Djarum dan jasa PB Djarum bagi bulutangkis Indonesia selama ini, seperti tidak terlihat. Padahal, ada banyak orang yang lebih paham PB Djarum ketimbang sebagai entitas perusahaan rokok.

Saya masih berharap, semoga saja, polemik ini segera menemukan titik temu terbaik. Memang, belum jelas apakah keputusan PB Djarum untuk penghentian audisi ini berlaku hanya di tahun 2020 saja atau seterusnya. 

Namun, kita tentunya tidak mau bernasib seperti orang kehilangan yang baru merasakan pentingnya (yang hilang) bila sudah tidak ada. Jangan sampai, bangsa yang di pentas olahraga, dikenal dunia karena bulutangkis ini, kelak justru kesulitan menemukan bibit-bibit unggul dalam olahraga ini. Salam bulutangkis.

Referensi:
PB Djarum Hentikan Audisi Bulutangkis, Ini Kata KPAI
Audisi PB Djarum Mati, Satu Jalan ke Puncak Dunia Terkunci

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Raket Selengkapnya
Lihat Raket Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun