Mohon tunggu...
Hadi Santoso
Hadi Santoso Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Jurnalis.

Pernah sewindu bekerja di 'pabrik koran'. The Headliners Kompasiana 2019, 2020, dan 2021. Nominee 'Best in Specific Interest' Kompasianival 2018. Saya bisa dihubungi di email : omahdarjo@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Raket Artikel Utama

Ganda Campuran Indonesia Kalahkan Juara Dunia, Semoga Bukan Kejutan Sesaat

26 Juli 2019   15:56 Diperbarui: 27 Juli 2019   07:00 364
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bila sampean (Anda) ingin mengetahui bahwa keajaiban itu ada, datanglah ke lapangan olahraga. Bahwa, hasil apapun, bahkan yang sama sekali tidak diduga sekalipun, bisa terjadi di lapangan. Karena memang, lapangan olahraga bukanlah layar mesin penghitung yang menampilkan hasil kaku dari sebuah hitung-hitungan.

Ya, tidak ada yang mustahil terjadi di olahraga. Kalau kata bahasa ibunya orang luar negeri sana, impossible is nothing. Terlebih di olahraga seperti bulutangkis yang tingkat rivalitas antara pemain satu dengan lainnya, nyaris setara.

Bahwa, seorang pebulu tangkis, bila memang punya kesiapan fisik dan mental, mereka selalu punya kesempatan untuk mengalahkan pemain lainnya. Sekalipun pebulu tangkis tersebut memiliki rekor buruk, semisal setiap kali kalah ketika menghadapi pemain tertentu.

Sampean (Anda) yang mengikuti bulu tangkis, pastinya paham bagaimana kualitas ganda campuran rangking 1 dunia asal Tiongkok, Zheng Siwei/Huang Yaqiong. Sejak dipasangkan bersama pada akhir tahun 2017 lalu, mereka menjelma menjadi "monster" yang 'rakus gelar'

Mereka mendominasi sektor ganda campuran. Seolah tidak ada lagi lawan yang sepadan. Terlebih setelah pemain senior Indonesia, Liliyana Natsir pensiun sehingga pasangan Tontowi/Liliyana 'bubar', mereka semakin tak bisa dihentikan.

Faktanya, gelar demi gelar bergengsi mereka raih. Total sudah 15 gelar mereka raih. Dimulai dua gelar di akhir tahun 2017. Tahun lalu, mereka meraih 7 gelar BWF World Tour plus medali emas Asian Games 2018 dan gelar juara dunia.

Zheng Siwei/Huang Yaqiong saat juara Indonesia Masters 2019 awal tahun lalu/Foto: Djarum Badminton
Zheng Siwei/Huang Yaqiong saat juara Indonesia Masters 2019 awal tahun lalu/Foto: Djarum Badminton
Tahun ini, Siwei/Yaqiong yang selalu menjadi unggulan 1 di setiap turnamen, sudah meraih empat gelar. Di antara All England Open dan akhir pekan lalu menjadi juara di Indonesia Open 2019 di Istora.

Dengan usia yang masih muda, Siwei (22 tahun) dan Yaqiong (25 tahun), dominasi mereka sepertinya masih akan lama. Mereka Kita seolah melihat kembali cerita panjang dominasi pasangan ganda putri legendaris Tiongkok, Ge Fei/Gu Jun di tahun 90-an.

Toh, sehebat-hebatnya atlet, mereka juga manusia yang sesekali terjatuh. Boleh jadi karena kondisi fisik yang terkuras dan fokus yang kurang. Apalagi, lawan-lawan mereka pastinya akan sangat termotivasi mengalahkan mereka.

Hafiz/Gloria menang straight game atas pasangan juara dunia 2018 asal Tiongkok

Situasi seperti itu yang terjadi di Japan Open 2019 Super 750 yang berlangsung di Tokyo sejak Selasa (23/7). Siwei/Yaqiong terhenti di babak perempat final. Nah, yang mengejutkan sekaligus membanggakan, yang mengalahkan mereka adalah pasangan ganda campuran Indonesia, Hafiz Faizal/Gloria Emanuelle Widjaja.

Lewat pertarungan ketat selama hampir satu jam, Hafiz/Gloria berhasil menang rubber game. Menang 21-17 di game pertama, mereka lalu kalah 15-21. Di game penentuan, pasangan yag diharapkan bisa mendapatkan tiket tampil di Olimpiade 2020 ini menang dengan skor tipis, 21-19.

Mengapa kemenangan Hafiz/Gloria ini mengejutkan?

Alasan pertama, Hafiz/Gloria tak punya rekor bagus setiap kali bertemu Siwei/Yaqiong. Ya, ini bukan kali pertama mereka bertemu. Ini pertemuan keempat. Sebelumnya, Hafiz/Gloria selalu kalah ketka bertemu Siwei/Yaqiong.

Dalam tiga kali pertemuan di lapangan, pasangan rangking 13 dunia ini belum menemukan 'jurus jitu' untuk mengalahkan mereka. Pertemuan terakhir terjadi di Kejuaraan Dunia di Tiongkok 2018 lalu. Hafiz/Gloria kalah straight game, 15-21, 13-21.

Alasan kedua, penampilan Hafiz/Gloria selama ini masih labil. Mereka seolah sulit sekali untuk tampil konsisten dari turnamen ke turnamen. Faktanya, tahun ini, mereka hanya sekali masuk final dan menjadi runner-up di German Open 2019 pada awal Maret lalu. Tanpa mengurangi respek atas perjuangan mereka, German Open merupakan turnamen Super 300 yang tentu saja bobot lawannya tidak seberat Indonesia Open atau Japan Open.

Di Indonesia Open 2019 Super 1000 pekan lalu, Hafiz/Faisal tersingkir cepat. Meski menjadi unggulan 6 dan bermain di kandang sendiri, mereka terhenti di putaran II usai dikalahkan ganda campuran non unggulan asal Malaysia, Goh Soon Huat/Shevon Jemie Lai.

Bulan lalu, mereka juga terhenti di perempat final Australia Open 2019 Super 300. Padahal, Hafiz/Gloria menjadi unggulan keempat. Yang terjadi, mereka dikalahkan ganda Hongkong, Tang Chun Ma/Tse Ying Suet.

Namun, selalu ada ruang untuk memperbaiki penampilan. Selalu ada kesempatan kedua ketiga dan seterusnya bagi mereka yang mau move on dari kegagalan sebelumnya. Tekad untuk bangkit itulah yang diperlihatkan Hafiz/Gloria di Japan Open 2019.

Di putaran pertama, mereka berhasil mengalahkan pasangan Malaysia, Goh Soon Huat/Shevon Jemie Lai sekaligus membalas kekalahan dari mereka di Indonesia Open pekan lalu. Lantas menang rubber game atas ganda Inggris, Marcus Ellis/Lauren Smith meski sempat kalah di game pertama. Dan, siang tadi, mereka mengalahkan Siwei/Yaqiong.

Dikutip dari badmintonindonesia.org, Gloria dan Hafiz menyebut kemenangan mereka sebenarnya dimulai dari pikiran. Mereka membuang pikiran negatif. Mereka ingin tampil lepas dan tanpa beban, meski juga tidak mau mengalah begitu saja atas pasangan juara dunia tersebut.

Selain itu, mereka juga sudah mengantisipasi penempatan bola Siwei/Yaqiong yang selama ini memang susah karena banyak bola silang. Gloria bermain bagus sebagai 'tukang block' di depan dan Hafiz menjadi 'tukang gebuk' di belakang.

"Kunci yang paling penting dari kemenangan hari ini adalah bisa mengurangi kesalahan sendiri, yang kedua dari servisnya. Kami menerapkan permainan cepat, bikin mereka lari-lari dan ungguli permainan depan. Kami juga lebih tenang dalam mengembalikan bola-bola mereka," ungkap Hafiz seperti dikutip dari badmintonindonesia.org.

Duel sesama pemain Indonesia di semi final, pastikan satu 'tiket' ke final

Menariknya, di babak semifinal yang akan digelar Sabtu (27/7) hari ini, Hafiz/Gloria akan menghadapi rekan senegaranya, Praveen Jordan/Melati Daeva Oktavianti.

Praveen/Melati lolos ke semi final setelah juga membuat kejutan hebat. Pasangan unggulan 7 ini mengalahkan ganda terbaik Thailand yang menjadi unggulan 4, Dechapol Puavaranukroh/Sapsiree Taerattanachai dengan skor 21-15, 21-15 hanya dalam waktu 31 menit.

Praveen Jordan/Melati juga lolos ke semifinal/Foto: Bulutangkis.com
Praveen Jordan/Melati juga lolos ke semifinal/Foto: Bulutangkis.com
Dengan demikian, Indonesia memastikan satu tiket final ganda campuran di turnamen Japan Open 2019. Lawannya nanti adalah pemenang antara pasangan Malaysia, Chan Peng Soon/Goh Liu Ying atau pasangan Tiongkok, Wang Yolu/Huang Dongping.

Ah, semoga saja, kejutan di perempat final ini bukanlah kabar gembira sesaat. Namun, bisa berlanjut hingga final dan akhirnya berbuah gelar. Karena memang, sejak pensiunnya Liliyana Natsir yang membuat pasangan legendaris, Tontowi Ahmad/Liliyana 'buyar', Indonesia kesulitan meraih gelar di sektor ganda campuran.

Meski, di tahun 2019 ini, dua pasangan ganda campuran Indonesia ini sebenarnya mampu beberapa kali tampil di final turnamen BWF World Tour. Praveen/Melati tiga kali ke final. Yakni India Open, New Zealand Open dan Australia Open. Namun, semuanya berakhir sebagai runner-up. Begitu juga nasib Hafiz/Gloria di final German Open.

Ah, semoga Tokyo memunculkan berita berbeda. Semoga ganda campuran Indonesia bisa membawa pulang gelar dari turnamen yang sudah digelar sejak 1977 tetapi baru memainkan nomor ganda campuran sejak 1982. Apalagi, ganda campuran Indonesia sudah cukup lama tidak juara di Japan Open. 

Kali terakhir pasangan ganda campuran Indonesia yang juara atas nama Muhammad Rijal/Vita Marissa di tahun 2008 atau 11 tahun lalu. Semoga kali ini bisa juara. Salam bulutangkis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Raket Selengkapnya
Lihat Raket Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun