Mohon tunggu...
Hadi Santoso
Hadi Santoso Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Jurnalis.

Pernah sewindu bekerja di 'pabrik koran'. The Headliners Kompasiana 2019, 2020, dan 2021. Nominee 'Best in Specific Interest' Kompasianival 2018. Saya bisa dihubungi di email : omahdarjo@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Raket Artikel Utama

Mengintip Kesiapan Pemain Kita Jelang Tampil di Indonesia Open 2019

15 Juli 2019   08:46 Diperbarui: 15 Juli 2019   12:28 186
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Greysia Polii dkk menjalani recovery berendam di air es/Foto: badmintonindonesia.org

Tampil di kandang sendiri dengan disaksikan langsung oleh ratusan bahkan ribuan pendukung yang sangat mengharapkan kabar bagus, itu bisa bermakna bak dua sisi kepingan uang logam.

Di satu sisi, pemain akan 'terbakar' motivasinya untuk tampil semaksimal mungkin demi target juara. Namun, ekspektasi dan keinginan juara yang berlebihan, juga bisa membuat pemain jadi terbebani sehingga gagal memenuhi harapan.

Seperti itulah kiranya gambaran yang akan dihadapi pemain-pemain Indonesia kala tampil di turnamen bulutangkis Indonesia Open 2019 yang mulai digelar di Istora Gelora Bung Karno, mulai Selasa (16/7) besok. Salah satu turnamen BWF World Tour level tertinggi (Super 1000) selain All England Open dan China Open akan berlangsung hingga 21 Juli mendatang.

Siapkah sampean (Anda) datang ke Istora untuk meneriakkan yel yel "Indonesia" demi mendukung perjuangan pebulutangkis-pebulutangkis Indonesia?

Saya yakin, ada banyak pecinta bulutangkis yang sudah tidak sabar untuk menjadi saksi gelaran turnamen yang mulai digelar sejak tahun 1982 ini. Tidak hanya dari Jakarta, tetapi juga dari kota-kota lainnya. Termasuk menunggu pemain pujaan mereka tampil di lapangan.

Nah, bicara pemain, menarik ditunggu akan seperti apa cerita kiprah pebulutangkis-pebulutangkis Indonesia tampil di kandangnya sendiri yang diakui punya 'aura' berbeda di bandingkan lapangan bulutangkis lainnya di belahan negara manapun?

Bahkan, karena 'aura' yang berbeda itulah, pemain-pemain Indonesia pernah beberapa kali gagal total di turnamen ini. Entah karena merasakan tekanan publik sendiri yang terlalu besar ataukah memang karena sedang tampil tidak maksimal sementara lawan bermain lebih bagus.

Faktanya, dalam 10 tahun terakhir penyelenggaraan Indonesia Open, pernah enam kali, pemain-pemain Indonesia gagal meraih gelar. Yakni di tahun 2009, 2010, 2011, 2014, 2015 dan 2016.  

Kabar bagusnya, dalam dua tahun terakhir, Indonesia selalu bisa meraih gelar. Satu gelar di tahun 2017 lewat pasangan ganda campuran Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir. Lalu, dua gelar di tahun 2018 lalu lewat Tontowi/Liliyana dan ganda putra Marcus Gideon/Kevin Sanjaya. Bagaimana tahun ini?

Jauh sebelum Indonesia Open 2019 digelar, PBSI melalui Kabid Pembinaan dan Prestasi, Susy Susanti telah menargetkan satu gelar di turnamen ini. Penggemar bulutangkis pastinya paham, satu gelar yang diharapkan datang dari sektor mana dari lima nomor yang dipertandingkan (tunggal putra/putri, ganda putra/putri dan ganda campuran). 

Meski, kita tentunya berharap ada 'kejutan' yang datang dari sektor-sektor lainnya yang 'tidak dibebani juara'.

Lalu, bagaimana kesiapan pemain-pemain Indonesia?

Pemain-pemain Indonesia memiliki persiapan panjang untuk tampil di turnamen ini. Karena memang, turnamen terakhir yang diikuti pemain-pemain Pelatnas Utama adalah Australia Open yang berakhir 9 Juni lalu.  Artinya, ada waktu sebulan lebih untuk mempersiapkan diri.

Karena panjangnya waktu, persiapan pemain jadi lebih variatif. Tidak hanya latihan teknik dan fisik, pemain juga mendapatkan kesempatan untuk 'mendinginkan pikiran'. Seperti skuad tunggal putra yang sempat berkegiatan bareng di Bali. Selain tetap melahap porsi latihan, Jonatan Christie dan kawan-kawan bisa berenang di pantai, jogging, makan bareng dan juga ada sesi hypnotherapy bersama pelatih fisik.

"Lebih fresh ya pikirannya, karena jarak BIO dari turnamen sebelumnya kan cukup lama, sebulan lebih, jadi dengan ke Bali kemaren, nggak monoton latihan terus," ujar Jonatan seperti dikutip dari badmintonindonesia.org.

Sektor tunggal putra diharapkan bisa meraih hasil bagus. Sebab, sudah tujuh tahun tunggal putra tidak pernah juara di Indonesia Open sejak kali terakhir Simon Santoso memenanginya pada 2012 silam. Kebetulan, Jonatan tengah dalam form bagus setelah menjadi juara beruntun di New Zealand Open dan Australia Open pada akhir Mei dan awal Juni lalu.

Ganda putri digenjot latihan fisik

Sementara di sektor ganda putri, tim ganda putri Pelatnas telah menjalani berbagai latihan berat demi meningkatkan kondisi fisik. Dikutip dari badmintonindonesia.org, Greysia Polii dan kawan-kawan melahap latihan fisik berupa lari di jogging track hingga latihan angkat beban di gym.

Jelang dimulainya Indonesia Open 2019, mereka menjalani program recovery dengan berendam di air es. Hal ini dimaksudkan untuk memperbaiki kondisi otot para pemain yang telah menjalani latihan berat dalam sebulan terakhir.

Pelatih fisik tim ganda putri, Ary Subarkah mengatakan, berendam air es bisa membantu recovery dan membuat robekan otot imbas latihan fisik berat, akan merapat kembali. Selain berendam air es, atlet juga bisa melakukan recovery dengan pijat (massage), kompres bagian-bagian tertentu dengan es, serta contrass bath yaitu berendam di air es dan air hangat secara bergantian.

Setelah recovery otot tubuh, para atlet juga akan diprogramkan persiapan nutrisi lewat makanan untuk memaksimalkan kondisi tubuh jelang turnamen. Singkat kata, semua 'paket latihan' ini diharapkan bisa membuat ganda putri tampil 'meledak' di lapangan. 

"Habis ini harus makan makanan berprotein tinggi dan carbo loading. Setelah latihan berat, recovery dan relaksasi, lalu tubuh disuplai nutrisi, sehingga siap menghadapi turnamen," tutur Ary seperti dikutip dari https://badmintonindonesia.org/app/information/newsDetail.aspx?/8195 .

Program latihan fisik tersebut diharapkan bisa membuat 'batere' pemain ganda putri kita bisa terus stabil ketika bermain. Utamanya ketika pertandingan mengharuskan ditentukan lewat rubber game. Sebab, selama ini, pemain ganda putri kita acapkali masih kedodoran ketika bertemu ganda putri Jepang yang memiliki ketahanan fisik lebih prima.

Bila ingin mengalahkan ganda putri Jepang yang selama ini cukup mendominasi juga ganda putri Korea dan Tiongkok yang kembali bangkit, ganda putri kita memang harus punya stamina oke. 

Apalagi, sudah terlalu lama, ganda putri kita tidak juara di Indonesia Open. Kali terakhir terjadi pada 2008 lalu lewat pasangan Vita Marissa/Liliyana Natsir yang keduanya kini sudah pensiun.

Tidak hanya ganda putri, sektor lainnya pastinya mendapatkan porsi latihan fisik yang intens. Apalagi, selama beberapa pekan ke depan, pemain-pemain top Indonesia akan melakoni jadwal padat.

Selepas tampil di Indonesia Open, mereka akan tampil Japan Open yang digelar di Tokyo pada 23-28 Juli 2019. Lantas, tampil di Thailand Open 2019 yang digelar di Bangkok pada 29 Juli hingga 4 Agustus.

Oleh karena itu, mereka harus menjaga kondisi tubuh agar bisa tampil prima dalam tiga turnamen tersebut. Utamanya bagi pemain yang tengah berlomba memburu tiket tampil ke Olimpiade Tokyo 2020.

Jadi, siapa yang sudah tidak sabar ingin hadir di Istora demi mendukung pebulutangkis-pebulutangkis Indonesia ? Salam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Raket Selengkapnya
Lihat Raket Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun