Mohon tunggu...
Hadi Santoso
Hadi Santoso Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Jurnalis.

Pernah sewindu bekerja di 'pabrik koran'. The Headliners Kompasiana 2019, 2020, dan 2021. Nominee 'Best in Specific Interest' Kompasianival 2018. Saya bisa dihubungi di email : omahdarjo@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Menjiplak Tulisan Orang Lain, Apa Nikmatnya?

11 Juli 2019   22:45 Diperbarui: 11 Juli 2019   22:53 263
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Toh, selama mau, mencari data di era sekarang sejatinya tidak sulit. Kita bisa mendapatkan sumber data dari banyak literatur. Baik buku maupun dari berat media arus utama terpercaya yang tentu saja harus disebutkan sumbernya.

Saya lantas mencontohkan bagaimana tidak mudahnya mencari data tulisan di era ketika saya menjadi mahasiswa di awal 2000-an silam. Ketika belum ada media sosial dan media online, ketika surat kabar juga tidak bisa didapat dengan mudah di warung kopi ataupun di kost. Maka, jalan satu-satunya adalah dengan 'bersemedi' di perpustakaan.

Ya, dulu, untuk bisa menghasilkan satu tulisan Artikel Opini yang akan dikirimkan ke surat kabar kampus (yang bila dimuat dapat honor Rp 100 ribu) ataupun ke media arus utama (mainstream), harus terlebih dulu berjuang mencari buku-buku di perpustakaan. Tentunya buku-buku sesuai tema yang akan ditulis sebagai referensi.

Tentu saja tidak mudah mencari buku diantara ribuan buku di rak perpustakan. Apalagi bila bukunya berpindah tempat setelah diletakkan sembarangan usai dibaca, sehingga tidak lagi sesuai daftar katalognya. Tapi disitulah nikmatnya. Rasanya lega ketika buku ditemukan, lantas dibaca dan mencari kalimat dan data yang bisa dikutip untuk tulisan. 

Karenanya, rasanya keterlaluan bila kita di era sekarang yang sejatinya mencari data bisa didapat dengan mudah, malah enggan membaca. Padahal, data dan berbagai sumber referensi yang diolah kreatif itulah yang membuat tulisan kita berbeda dengan milik orang lain.

Apa sih nikmatnya bila dalam menulis sekadar berupaya menemukan tulisan orang lain yang mirip dengan tema tulisan yang akan dibuat, lantas dijiplak?

Memang, bukan hal mudah menulis berdasarkan ide-ide yang benar-benar murni dan asli dari kita. Karena memang, kebanyakan kita menulis dengan menghimpun informasi berdasarkan dari apa yang kita baca (tulisan orang lain), dengar (gagasan orang lain). Bukan hanya dari melihat sendiri (peristiwa yang terjadi).

Informasi-informasi itulah yang kemudian diolah kreatif menjadi sebuah tulisan. Terpenting, tidak berniat mengklaim pendapat atau karangan orang lain seolah miliknya. Terpenting, masih ada proses kreatifnya. Bukannya malah mematikan kemampuan berpikir otak dengan sekadar menjiplak.

Ah, semoga kita yang rajin menulis di rumah ini (baca Kompasiana), yang hampir setiap hari menulis dengan beragam tema dan berbagai tujuan (menuangkan gagasan, mencari teman, mem-branding diri, memburu hadiah ataupun tujuan lainnya), masih mengedepankan proses kreatif dalam mencipta tulisan.

Semoga, kita tidak mudah tergoda untuk menjiplak tulisan orang lain. Sebab, bila niat kita dalam menulis untuk menyebarluaskan informasi, apalagi bila ingin mengedukasi dan menginspirasi orang lain, apa tidak malu bila ide tulisannya justru dari mengambil milik orang lain. Bagaimana kebenaran dan niat mulia dalam menulis itu bisa tersampaikan bila pesan yang ditampilkan ternyata dari hasil mengambil milik orang lain? Salam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun