Mohon tunggu...
Hadi Santoso
Hadi Santoso Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Jurnalis.

Pernah sewindu bekerja di 'pabrik koran'. The Headliners Kompasiana 2019, 2020, dan 2021. Nominee 'Best in Specific Interest' Kompasianival 2018. Saya bisa dihubungi di email : omahdarjo@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Sistem Zonasi dan Anak-anak yang Gembira Bersepeda ke Sekolah

6 Juli 2019   06:31 Diperbarui: 6 Juli 2019   07:32 352
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Anak-anak bersepeda menuju sekolah/Foto: hipwee

Toh, meski begitu, minimal anak-anak bisa mendapatkan manfaat dari bersepeda menuju sekolah. Dengan bersepeda, badan mereka akan bergerak dibandingkan sekadar duduk manis di dalam mobil antar jemput ataupun diantar orang tua dengan sepeda motor.

Bukankah aktivitas bergerak ini kini menjadi 'barang mahal' ketika banyak anak sekarang senang mager alias malas gerak karena kecanduan gawai?

Terkait mager ini, tahun ajaran lalu, saya acapkali merasa kasihan dengan anak-anak yang berangkat ke sekolah dengan mobil jemputan. Kebetulan, setiap pagi (tentunya kecuali hari libur), mereka melintas di depan rumah karena menjemput salah seorang anak tetangga saya.

Pagi sekali, sekitar pukul 06.15, mobil jemputan sudah tiba di depan rumah tetangga saya. Ketika anak tetangga saya itu belum siap, sopir mobil tersebut akan membunyikan klakson. Tidak jarang, murid-murid yang berada di dalam mobil berteriak memanggil nama anak tersebut.

Saya jadi berpikir, bila sepagi itu sudah tiba di perumahan saya, bagaimana dengan anak-anak yang sudah di dalam mobil itu. Entah mereka dijemput jam berapa dari rumahnya. Karenanya, tidak jarang, saya melihat anak-anak itu, tertidur di dalam mobil. Mungkin memang masih mengantuk.

Tetapi memang, cerita anak berangkat ke sekolah itu rupa-rupa warnanya. Ada peran keputusan masing-masing orang tua. Apakah mereka 'menyerahkan' anak-anaknya kepada mobil jemputan, memilih mengantarnya sendiri. 

Ataukah, memberikan kesempatan anak-anaknya untuk bersepeda menuju sekolah. Karenanya, dengan sistem zonasi, tidak ada salahnya berharap agar anak-anak bisa merasakan pagi yang lebih gembira menuju sekolah.

Ah ya, perihal pro-kontra penerapan zonasi di masyarakat, tentu saja itu menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintah untuk segera mengimbanginya dengan percepatan langkah pemerataan pendidikan. 

Tidak hanya itu, kita sebagai orang tua juga perlu untuk melihat kembali kedekatan kita dengan anak. Jangan-jangan, selama ini kita hanya merasa perlu mencarikan mereka sekolah. Lantas, setelah mereka bersekolah, kita tidak pernah lagi tahu apa yang mereka alami di sekolah karena sibuk urusan pekerjaan. Salam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun