Mohon tunggu...
Hadi Santoso
Hadi Santoso Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Jurnalis.

Pernah sewindu bekerja di 'pabrik koran'. The Headliners Kompasiana 2019, 2020, dan 2021. Nominee 'Best in Specific Interest' Kompasianival 2018. Saya bisa dihubungi di email : omahdarjo@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Sistem Zonasi dan Anak-anak yang Gembira Bersepeda ke Sekolah

6 Juli 2019   06:31 Diperbarui: 6 Juli 2019   07:32 352
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Anak-anak bersepeda menuju sekolah/Foto: hipwee

Saya lebih senang menyoroti perihal kemudahan yang didapatkan siswa karena jarak rumah dengan sekolah yang tidak begitu jauh itu. Bahwa, dengan zonasi, siswa bisa lebih mudah datang tepat waktu (tidak terlambat) karena lokasi rumah dan sekolah yang berdekatan.

Karena dekat, ketika tiba di sekolah, siswa tidak lelah dan stress karena kemacetan jalan. Pada akhirnya, kondisi fisik dan pikiran siswa bisa lebih segar dalam menerima pelajaran di sekolah.

Oleh pemerhati anak, Seto Mulyadi yang akrab disapa Kak Seto, kemudahan bagi siswa untuk bersekolah itu disebutnya sebagai upaya memenuhi hak anak untuk belajar dengan gembira.

"Iya, memenuhi hak anak untuk belajar dengan gembira. Sekolah tidak terlalu jauh lagi, tidak perlu bermacet-macet di jalan," ujar Kak Seto seperti dikutip dari https://www.republika.co.id/berita/ptyyyv284/kak-seto-dambakan-anak-ke-sekolah-bersepeda-ria .

Bahkan, seiring penerapan zonasi, Kak Seto yang juga menjabat sebagai Ketua Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI) mendambakan anak-anak berangkat sekolah dengan bersepeda ria. Apalagi, bila transportasi sepeda kayuh digalakkan kembali. Diharapkan, pemandangan siswa bercengkarama di sepanjang jalan menuju sekolah di atas sepeda pancal mereka, bisa kembali muncul.

Ke sekolah bersepeda, minimal anak-anak tidak mager

Setiap orang tua pastinya ingin anaknya bersekolah dengan gembira. Meski, menjadi pertanyaan besar, apakah harapan anak-anak berangkat sekolah dengan bersepeda ria itu bisa terwujud di semua wilayah.

Memang, masih ada beberapa wilayah yang memungkinkan anak-anak berangkat menuju sekolah dengan bersepeda ria. Namun, di beberapa wilayah lainnya, situasi jalanan kini sudah jauh berbeda dengan beberapa tahun lalu.

Ambil contoh di tempat saya. Dulu, ketika duduk di bangku sekolah dasar pada awal 90-an, saya setiap hari menikmati bersekolah dengan bersepeda. Kala itu, jalanan di beberapa kampung di Sidoarjo masih cukup lengang. Di tepi jalan masih tumbuh pohon-pohon randu yang teduh. Selain naik sepeda, berangkat sekolah dengan berjalan kaki pun nikmat rasanya.

Kini, jalanan di kampung saya telah 'disulap' bak jalanan kota. Bukan hanya pohon-pohon randu itu telah lenyap, jumlah kendaraan bermotor dan bermesin yang lalu-lalang setiap pagi, membuat jalanan seperti tidak pernah sepi.

Memang, beberapa siswa masih bersepeda menuju sekolah. Meski jumlahnya tidak sebanyak dulu. Dan, mereka juga harus ekstra waspada. Karena memang, jalanan di kampung tidak memiliki lajur khusus untuk sepeda. Karenanya, tidak ada lagi cerita bersenda gurau dan bersepeda berjajar di jalan seperti dulu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun