Mohon tunggu...
Hadi Santoso
Hadi Santoso Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Jurnalis.

Pernah sewindu bekerja di 'pabrik koran'. The Headliners Kompasiana 2019, 2020, dan 2021. Nominee 'Best in Specific Interest' Kompasianival 2018. Saya bisa dihubungi di email : omahdarjo@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Mahasiswa, Masihkah Kau Hobi Membaca Buku?

23 Juni 2019   06:39 Diperbarui: 24 Juni 2019   11:46 876
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi membaca buku| Sumber: Jetta Productions

Novelis asal Brasil yang sukses menaklukkan industri perbukuan internasional, Paulo Coelho, punya ujaran menarik perihal perubahan yang terjadi di sekeliling kita. Kata dia: "Life moves very fast. It rushes from Heaven to Hell in a matter of seconds". Bahwa hidup itu bergerak/berubah sangat cepat. Bahkan saking cepatnya, ia laksana mengalir dari surga ke neraka hanya dalam hitungan detik.

Mungkin rada lebay alias berlebihan ketika Coelho mengilustrasikan perubahan laksana surga ke neraka hanya dalam hitungan detik. Tetapi memang, telah ada banyak contoh, betapa apa-apa yang ada di sekitar kita, baik itu kebiasaan, hobi maupun brand yang dulunya dianggap keren, ternyata mengalami "pensiun dini" alias tidak lagi eksis sekarang ini.

Apa yang terjadi pada beberapa merk dagang dan brand di dunia komunikasi yang dulu populer tetapi kini tergeser, atau nasib kaset pita yang dilupakan dan berimbas pada gulung tikarnyda beberapa toko kaset, lalu beberapa majalah kesenangan yang kini tinggal kenangan.

Hingga, kebiasaan 'receh' semisal 'dolan ke wartel ataupun berkirim kartu Lebaran yang kini hanya tinggal cerita, tergantikan oleh aplikasi chatting WhatsApp yang serba mudah dalam mengirim pesan. 

Perubahan zaman dengan segala perkembangan kekiniannya, memang telah memakan banyak korban. Namun, dari semua deret korban perubahan tersebut, saya tidak mau bila buku juga masuk dalam deretan tersebut.

Memang, kini ada banyak orang menggemari membaca buku secara daring seperti halnya membaca koran juga lewat online. Namun, bagi saya, keasyikan membaca buku dengan memegang bentuk fisik buku, melihat desain sampulnya, membaca halaman persembahan dan membalik halaman demi halaman, itu kenikmatannya berbeda dibandingkan membaca buku secara daring. 

Sama halnya dulu ketika kita memutar kaset pita di tape recorder, bagi saya itu nikmatnya berbeda dengan sekadar menyetel musik di Youtube.

Tetapi memang, seperti kata Coelho, perubahan itu bergerak sangat cepat. Termasuk dalam memengaruhi kebiasaan orang dalam membaca buku.

Siapa yang masih hobi membaca buku?/Foto: Liputan6.com
Siapa yang masih hobi membaca buku?/Foto: Liputan6.com

Dulu, di era ketika saya menjadi mahasiswa pada awal 2000-an, buku masih menjadi teman dekat bagi banyak mahasiswa. Berada di perpustakaan dengan dikelilingi ribuan buku lantas membacanya, menjadi 'hobi' menyenangkan. Ada banyak kawan yang bisa menghabiskan waktu berjam-jam di perpustakaan. Di era itu memang belum ada gawai. 

Di lingkungan kampus, tidak sulit menemukan mahasiswa yang sedang nongkrong di taman kampus ataupun di kantin sembari membaca buku. Begitu pula ketika di kos-kosan. Membaca buku menjadi aktivitas menyenangkan, sama menyenangkannya dengan belajar memetik gitar---yang juga tetap melihat buku panduan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun