Mohon tunggu...
Hadi Santoso
Hadi Santoso Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Jurnalis.

Pernah sewindu bekerja di 'pabrik koran'. The Headliners Kompasiana 2019, 2020, dan 2021. Nominee 'Best in Specific Interest' Kompasianival 2018. Saya bisa dihubungi di email : omahdarjo@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Raket Artikel Utama

Tim Bulu Tangkis Indonesia Mendominasi Final Iran Fajr IC 2019

7 Februari 2019   07:51 Diperbarui: 7 Februari 2019   08:40 450
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Choirunnisa, akan tampil di final Iran Fajr International Challenge 2019/Foto: PBSI

Kabar bagus datang dari pebulutangkis-pebulutangkis muda Indonesia yang tampil di turnamen bulu tangkis Iran Fajr International Challenge 2019. Pemain-pemain Indonesia mendominasi laga final yang akan dimainkan Kamis (7/2/2019).

Ya, empat wakil Indonesia memastikan lolos ke babak final dan berpeluang membawa pulang tiga gelar dari "turnamen kilat" berhadiah totla 25 ribu dolar ini. Satu gelar di ganda putra bahkan sudah dipastikan diraih Indonesia.

Saya sengaja menyebut turnamen ini bak kilat karena memang digelar secara cepat. Bila turnamen BWF World Tour umumnya digelar mulai dari Selasa dan berakhir di final Minggu, Iran Fajr berbeda. Turnamen level international challenge ini digelar mulai Selasa dan memainkan final di hari Kamis.  Tiga hari saja.

Kok bisa begitu? Bisa karena pemain harus turun bertanding dua kali dalam sehari. Tidak hanya satu kali seperti di BWF World Tour. Seperti Rabu (6/2/2019) kemarin, sektor tunggal putri, ganda putra dan ganda putri memainkan pertandingan perempat final dan semifinal.  

Selain itu, Iran Fajr International Challenge 2019 juga hanya memainkan empat nomor. Yakni tunggal putra, tungga putri, ganda putra dan ganda putri. Tidak ada sektor ganda campuran.

Toh, dengan segala 'kearifan lokal' yang ada di Iran Fajr International 2019 tersebut, pebulutangkis-pebulutangkis Indonesia mampu tampil bagus. Pemain-pemain Pelatnas 'pelapis' yang dikirim PBSI ke turnamen ini, memperlihatkan bahwa mereka memang pantas membela Indonesia.

Salah satu nomor yang layak mendapatkan apresiasi adalah tunggal putri. Bila biasanya, PBSI mengandalkan trio Gregoria Mariska, Fitriani dan Ruselli Hartawan, kali ini PBSI mengandalkan 'trio pelapis' di Pelatnas Utama. Yakni Choirunnisa, Bening Sri Rahayu dan Aurum Octavia.  

Dari tiga nama tersebut, Choirunnisa berhasil melaju ke final. Di laga puncak, Nisa--panggilan Choirunnisa, akan menghadapi pemain Thailand unggulan 8, Supanida Katethong (21 tahun).

Perjuangan Choirunnisa untuk lolos ke final layak diapresiasi. Terlebih, pemain 19 tahun ini bukan termasuk pemain unggulan. Kamis (6/2) kemarin, dia harus bermain dua kali. Di perempat final, Nisa mengalahkan pemain tuan rumah, Agnes Korosi dengan skor 21-19, 21-12. Sayangnya, di babak ini, Bening terhenti usai takluk dari pemain Turki unggulan 6, Ozge Bayrak.

Di semifinal, Ozge Bayrak menjadi lawan Choirunnisa. Perebutan tiket ke final ini berjalan alot selama 1 jam 4 menit. Nisa akhirnya ke final setelah memenangi rubber game dengan skor superketat 23-21, 20-22, 22-20.

Kini, Choirunnisa yang berasal dari klub yang sama dengan Gregoria Mariska (Mutiara Cardinal Bandung), berpeluang meraih gelar kedua untuk tunggal putri di tahun ini. Sebelumnya, awal Januari lalu, Fitriani berhasil jadi juara di Thailand Masters yang merupakan turnamen BWF World Tour Super 300.

Apresiasi juga layak kiat berikan kepada perjuangan ganda putri Indonesia, pasangan Nita Violina Marwah dan Putri Syaikah. Datang tidak sebagai unggulan, pasangan yang tahun ini akan genap berusia 18 tahun ini tampil hebat.

Tiket tampil ke final diraih Nita/Putri setelah mengalahkan ganda Estonia, Kati-Kreet Marran/Helina Rtel lewat rubber game 21-17 17-21 21-17. Sebelumnya, mereka memulangkan ganda Thailand, Chasine Korepap/Kwanchanok Sudjaipraparat di perempat final.

Nah, di final, Nita/Putri akan menghadapi unggulan 1 asal Turki, Bengisu Ercetin/Nazlican Inci. Mereka seumuran. Sama-sama baru 18 tahun. Namun, pasangan ganda putri Turki ini menjadi sorotan setelah tahun lalu berhasil menjadi juara di Kejuaraan Eropa Junior 2018.

Sebelumnya, ganda putri Turki ini menghentikan ganda putri Indonesia, Febby Valencia Dwijayanti Gani/Rayhan Vania Salsabila di perempat final dengan skor 18-21, 17-21. 

Hanya dua pasang ganda putri ini yang mewakili Indonesia di Iran Fajr IC 2019. Bisa lolos ke final dan satunya terhenti di perempat final tentunya hasil yang cukup bagus. Apalagi bila sampai bisa juara.

Bila tunggal putri dan ganda putri masih harus berjuang di final, gelar ganda putra sudah dipastikan akan menjadi milik Indonesia. Sebab, final ganda putra Iran Fajr IC 2019 akan mempertandingkan duel sesama ganda putra Indonesia. Yakni pasangan Adnan Maulana dan Ghifari Anandaffa Prihardika menghadapi Pramudya Kusumawardana dan Yeremia Erich Yoche Yacob.

Kepastian all Indonesian final di ganda putra tersebut terjadi setelah Adnan/Ghifari tampil hebat mengalahkan ganda senior asal Singapura, Danny Bawa Chrisnanta/Loh Kean Hean lewat skor sangat ketat, 30-28 21-19. Danny (30 tahun) merupakan pemain kelahiran Salatiga yang membela Singapura di ajang internasional.

Sebelumnya, Pramudya/Yeremia lebih dulu memastikan tampil di final setelah memenangi 'perang saudara' atas pasangan Leo Rolly Carnando/Daniel Marthin lewat rubber game 21-19 13-21 21-15.

Gelar dari Teheran ini menjadi bukti, Indonesia memang "rajanya" ganda putra. Sektor ganda putra Indonesia seolah tidak ada matinya. Regenerasi di sektor ini memang yang paling smooth dibandingkan sektor lainnya.

Ketika Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan, juara dunia dua kali 2013 dan 2015 masih bisa bersaing di level tertinggi, lalu Marcus Gideon/Kevin Sanjaya tengah dalam penampilan puncak, plus beberapa pasangan lainnya seperti Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto, Indonesia masih punya banyak stok pemain muda potensial yang siap meneruskan estafet para seniornya.

Hanya saja, kabar bagus di ganda putra itu tidak terjadi di tunggal putra. Diharapkan membawa pulang gelar dari turnamen ini karena mengirimkan lebih banyak wakil Pelatnas di turnamen ini dan bahkan menjadi unggulan 1-2, nyatanya tunggal putra tak mampu menembus final.

Firman Abdul Kholik yang menjadi unggulan 1, terhenti di perempat final usai kalah dari pemain Thailand, Adulrach Namkul. 

Sementara Chico Aura yang menjadi unggulan 2 terhenti di putaran 2 (babak 16 besar) usai kalah rubber game dari pemain Ukraina, Artem Pochtarov. Juga Ikhsan Leonardo Rumbay yang dikalahkan pemain Thailand, Kunlavut Vitidsarn.

Memang, sektor tunggal putra menjadi yang paling ketat di turnamen ini. Jumlah pesertanya paling banyak. Bahkan, saking banyaknya, ketika hari ini tiga nomor lainnya mempertandingkan final, tunggal putra baru memainkan semifinal dan lantas disambung final di laga terakhir.

Pada akhirnya, sebagai pecinta bulu tangkis, tentunya menyenangkan dan membanggakan mendengar kabar pemain-pemain muda Indonesia meraih hasil bagus di turnamen internasional. Mereka bisa membuktikan memang layak berada di Pelatnas untuk membela nama Indonesia di lapangan bulu tangkis.

Tentu saja, perjalanan mereka masih sangat panjang. Tidak ada jaminan kelak mereka bisa mekar dengan cepat atau malah layu sebelum berkembang. 

Namun, apapun itu, mereka butuh mendapatkan ruang untuk berproses mengembangkan kemampuannya. Dan, ruang itu adalah turnamen internasional seperti ini. Karenanya, apapun hasilnya di final, anak-anak muda ini telah berproses dengan benar. Salam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Raket Selengkapnya
Lihat Raket Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun