Mohon tunggu...
Hadi Santoso
Hadi Santoso Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Jurnalis.

Pernah sewindu bekerja di 'pabrik koran'. The Headliners Kompasiana 2019, 2020, dan 2021. Nominee 'Best in Specific Interest' Kompasianival 2018. Saya bisa dihubungi di email : omahdarjo@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Raket Artikel Utama

Membaca "Pesan Terselip" dari Perpisahan Liliyana Natsir

28 Januari 2019   17:54 Diperbarui: 29 Januari 2019   12:28 1185
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bukannya mendapat apresiasi, warganet tersebut malah jadi olok-olokan warganet lainnya yang memang terkenal gercep alias gerak cepat dalam merespons komentar. Malah ada yang menyarankan agar banyak membaca sebelum berkomentar.

Ya, Liliyana memang bukan pebulutangkis yang terancam merana di masa senjanya. Justru, dia sudah punya banyak rencana. Sudah menjadi rahasia umum, selepas penisun dari bulutangkis, dia berencana untuk menggeluti bidang bisnis. Di antaranya bisnis properti dan refleksi.

Apalagi, oleh pemerintah, Liliyana bersama Tontowi, atas prestasinya meraih medali emas Olimpiade 2016, sudah diangkat menjadi abdi negara (PNS) melalui formasi khusus dari kalangan atlet berprestasi berdasarkan capaian prestasinya mulai dari tingkat dunia maupun tingkat ASEAN.

Dari Liliyana, para atlet yang mantap menekuni jalur olahraga juga para orang tua yang anaknya bermimpi menjadi atlet, bisa bercermin bahwa mereka tidak perlu cemas memikirkan pekerjaan mereka di masa depan selepas pensiun dari lapangan. Tentu saja ada syaratnya. Harus bisa berprestasi seperti halnya Liliyana. Juga, memiliki sikap baik.

Ah, pada akhirnya, sebagai pecinta bulutangkis, saya pun turut larut dalam haru dengan pamitannya Liliyana dari lapangan bulutangkis. Terlebih, Liliyana pergi ketika Indonesia belum memiliki pengganti dengan kualitas mumpuni sepertinya.

Namun, setiap perjumpaan, tentunya akan ada perpisahan. Terlebih bagi seorang atlet, masa pensiun mereka sangat dipengaruhi usia. Usia tidak bisa diakali. Pada akhirnya, mereka juga menyerah dan mengucap selamat tinggal. Bahkan, ada yang terpaksa pensiun lebih cepat karena cedera.

Mengutip kata eyang Pramoedya Ananta Toer di novel "Bukan Pasar Malam" yang mengagumkan itu, kita ini, termasuk juga para atlet, bak seperti berada di pasar malam. Bahwa, "Manusia bukan berduyun-duyun lahir dan berduyun-duyun pula kembali pulang. Seorang-seorang mereka datang. Seorang-seorang mereka pergi". 

Dan, semoga, kelak ketika kita pergi, kita meninggalkan sederat prestasi, bertumpuk kenangan bagus, dan juga kawan-kawan yang menyayangi kita karena apa yang kita lakukan selama bersua mereka. Ya, pensiunlah seperti Liliyana Natsir. Salam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Raket Selengkapnya
Lihat Raket Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun