Mohon tunggu...
Hadi Santoso
Hadi Santoso Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Jurnalis.

Pernah sewindu bekerja di 'pabrik koran'. The Headliners Kompasiana 2019, 2020, dan 2021. Nominee 'Best in Specific Interest' Kompasianival 2018. Saya bisa dihubungi di email : omahdarjo@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Raket Pilihan

Di Bangkok , Fitriani dan Firman Menjawab Perundungan "Warganet Nakal"

11 Januari 2019   14:47 Diperbarui: 11 Januari 2019   15:39 620
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Firman Abdul Kholik, tampil bagus di Thailand Masters 2019/Foto: Warta Kota Tribunnews

Fitriani dan Firman Abdul Kholik. Sebuah kebetulan bila dua pebulutangkis yang memiliki awalan nama huruf F ini memiliki alur nasib yang hampir mirip. Keduanya punya potensi, tetapi belum mampu 'meledak' layaknya tokoh rekaan Marvel, Dr Bruce Banner yang berubah menjadi Hulk ketika marah.

Karena ketidakmampuan (belum mampu) 'meledak' itulah, nama Fitri dan Firman di kalah tenar dari rekan mereka di Pelatnas PBSI. Fitri yang kini berusia 20 tahun, kalah tenar dari Gregoria Mariska Tunjung (19 tahun).

Sementara Firman (21 tahun), jelas kalah ngetop dari Anthony Sinisuka Ginting (22 tahun) dan Jonatan Christie (21 tahun) meski usia mereka sepantaran.

Apesnya lagi, Fitri dan Firman seringkali jadi sasaran perundungan (bullying) warganet di media sosial. Ketika Fitri dan Firman tampil di turnamen lantas gagal meraih hasil bagus, jadilah mereka korban caci maki warganet. Tentunya warganet yang tidak paham caranya mengapresiasi perjuangan atlet. Anggap saja mereka warganet nakal. Sebab, masih ada banyak warganet baik yang mendukung dan terus memotivasi mereka.

Saya pernah iseng membaca beberapa komentar perundungan warganet 'nakal' tersebut di beberapa akun Instagram yang setia mengabarkan kabar terbaru bulutangkis. Beberapa komentar sungguh parah. Bukan lagi pada porsi memberi masukan ataupun mengkritik, tetapi sudah merundung.

Semoga saja Firman dan Fitri tidak seperti saya yang iseng membaca komentar-komentar tersebut. Khawatirnya mental mereka jadi drop. Dulu ketika Susy Susanti, Yuni Kartika dan Mia Audina masih muda, palingan hanya mendapatkan gemblengan tegas dan disiplin dari pelatihnya. Kini, siapapun warganet yang mungkin untuk melakukan servis yang benar saja tidak bisa, malah berlagak jadi pelatih paling cerewet di dunia maya dengan sok-sokan mengomentari gaya permainan dan segala macam.  

Tetapi memang, warganet jahil itu seperti punya 'amunisi baru' untuk merundung Fitri dan Firman. Penyebabnya keduanya memang masih tampil labil di tahun 2018 lalu.

Ketika Gregoria Mariska tampil mengejutkan dengan beberapa kali mengalahkan pemain top dunia di turnamen BWF World Tour dan juara Finnish Open--turnamen level International Challenge, Fitriani yang kali terakhir juara pada 2016 lalu, belum mampu tampil di final.

Begitu juga dengan Firman. Ketika Jojo dan Ginting sudah masuk dalam persaingan tunggal putra elit dunia, dia masih berkutat 'dengan dunianya'. Sempat menjadi perhatian saat ikut membawa tim putra Indonesia jadi juara di Badminton Asia Team Championship (BATC) di Malaysia pada Februari 2018 silam, Firman justru tak mampu tampil bagus di turnamen perorangan. Sepanjang tahun 2018, jangankan masuk final, Firman malah lebih sering tersingkir di babak-babak awal.

Karenanya, jelang akhir tahun, tidak sedikit warganet yang menyuarakan agar keduanya didegradasi dari Pelatnas PBSI. Meski, ada banyak warganet yang berharap Fitri tetap dipertahankan di Pelatnas sebagai lawan tanding Gregoria selama latihan.

Dan, kita tahu, PBSI masih sayang dengan Fitri dan Firman. Masih ada cinta untuk Fitri dan Firman. Keduanya tidak didegradasi. Keduanya masih masuk dalam Pelatnas tahun 2019. Usia yang masih muda sepertinya menjadi salah satu pertimbangan.

Memang, Firman diturunkan statusnya menjadi "magang" dari predikat "utama" di tahun 2018 lalu. Posisinya sebagai pemain utama di Pelatnas kini diisi oleh juniornya, Ikhsan Leonardo Rumbay dan Chico Aura Dwi Wardoyo. Toh, dia masih mendapatkan kesempatan.

Malah, Fitriani dimasukkan dalam salah satu dari tiga tunggal putri (bersama Gregoria dan Ruselli Hartawan) yang diproyeksikan berjuang merebut tiket lolos ke Olimpiade 2020. Status itu tentunya diharapan membuat Fitriani merasa punya tanggung jawab lebih untuk tampil bagus.

Fitri dan Firman tampil keren di Thailand Masters 2019

Karenanya, turnamen Thailand Masters yang digelar di Bangkok, mulai 8 Januari hingga 13 Januari 2019, menjadi panggung pertama untuk menilai Fitri dan Firman. Yang terjadi, Fitri dan Firman rupanya bertekad menjadi "pemain baru" di tahun baru. Pemain baru yang memiliki semangat baru.

Dan, lihatlah, dua pemain yang tahun lalu acapkali menjadi korban perundungan di media sosial oleh suporter yang entah karena saking fanatiknya atau tidak tahu cara mendukung yang benar, mampu tampil hebat di Thailand Masters. 

Mereka seperti ingin menunjukkan bahwa mereka memang layak mendapat kesempatan dari PBSI untuk mengharumkan bangsa di lapangan bulutangkis. Mereka seperti ingin memberi pesan kepada para perundungnya selama ini.

Fitriani mengawali tahun dengan keren di Bangkok/Foto: PBSI
Fitriani mengawali tahun dengan keren di Bangkok/Foto: PBSI
Tadi malam, Fitriani berhasil membuktikan bahwa prediksi di atas kertas bukan segalanya ketika dia menghadapi pemain tuan rumah yang merupakan unggulan 1, Nitchaon Jindapol.

Di atas kertas, Jindapol menang di banyak aspek. Dia merupakan juara bertahan. Di usianya yang sudah 27 tahun, dia lebih berpengalaman. Rangking dunianya juga lebih bagus (rangking 14 berbanding rangking 33). Apalagi, dia bermain di depan suporternya sendiri.

Namun, Fitriani rupanya punya 'skenario' lain. Fitriani membuktikan, perjuangan di lapangan-lah penentunya. Di pertemuan pertama mereka di BWF World Tour, Fitriani tidak mau kalah.

Hasilnya, dia langsung unggul telak di game pertama, 21-10. Dia game kedua, Jindapol sempat bangkit dan menang 21-17. Tetapi di game ketiga, Fitri kembali menemukan pola permainan seperti di game pertama dan akhirnya menang 21-16. Fitri butuh waktu 1 jam 2 menit untuk mengalahkan Jindapol.

Keberhasilan mengalahkan Jindapol tentunya menjadi pelecut semangat bagi Fitriani untuk bisa melangkah jauh di turnamen ini. Minimal, satu pesaing berat sudah dikalahkan. Tetapi, Thailand Masters belum usai. Masih ada dua fase lagi menuju final.

Di perempat final yang akan digelar Jumat (11/1/2018) petang waktu setempat, Fitri akan bertemu pemain muda Singapura, Yeo Jia Min. Meski bukan unggulan, pemain berusia 19 tahun ini selalu menang straight game di dua pertandingan sebelumnya.

Karenanya, Fitriani tidak boleh kendur. Dia harus kembali tampil maksimal bila ingin lolos ke semifinal. Apalagi, dia kini menjadi satu-satunya harapan Indonesia di sektor tunggal putri setelah Ruselli Hartawan dan Yulia Yosephin tersingkir.

Bagaimana dengan Firman?

Merujuk pada hasil-hasil sebelumnya, saya pribadi tidak terlalu memperhatikan Firman di Thailand Masters. Saya lebih tertarik menengok Ihsan Maulana Mustofa dan Chico Aura Dwi Wardoyo. Yang terjadi, Ihsan dan Chico justru langsung tereliminasi di putaran pertama.

Malah Firman yang tampil mengejutkan. Tadi malam, dia memastikan lolos ke perempat final setelah mengalahkan pemain tuan rumah, Sitthikom Thammasin. Firman mampu mengeluarkan permainan terbaiknya. Dia berhasil menang straight game 21-16, 22-20 dalam waktu 47 menit.

Firman kini menjadi satu-satunya tunggal putra Indonesia yang masih bertahan di Thailand Masters. Malam nanti, dia akan menghadapi pemain Tiongkok, Lu Guangzu. Pemain unggulan 8 inilah yang mengalahkan Chico di putaran pertama.

Ah, saya sungguh menunggu kabar bagus dari Thailand Masters malam nanti. Menunggu kabar Fitri dan Firman lolos ke semifinal. Sebab, dengan segala latihan keras dan kekuatan mental yang mereka miliki, Fitri dan Firman jelas berhak mendapatkan lebih dari sekadar perundungan. Keduanya juga pantas diapresiasi.

Kalaupun ternyata mereka tidak mampu lolos ke semifinal, itu juga bukan alasan untuk merundung mereka. Justru, pencapaian perempat final di turnamen pembuka tahun, termasuk bagus.

Minimal, hasil di Thailand Masters itu bisa menjadi motivasi bagi mereka agar di turnamen berikutnya terus konsisten sehingga minimal mencapai perempat final, bukan lagi penggembira di babak awal. Selamat berjuang Fitriani dan Firman. Salam bulutangkis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Raket Selengkapnya
Lihat Raket Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun